EVENT TICKET

Friday, May 25, 2012

Agama Islam Adalah Agama Yang Haq Yang Dibawa Oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Pertama: AGAMA ISLAM ADALAH AGAMA YANG HAQ (BENAR) YANG DIBAWAH OLEH NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Islam secara bahasa (etimologi) adalah berserah diri, tunduk, atau patuh. Adapun menurut syari’at (terminologi), definisi Islam berada pada dua keadaan: Pertama: Apabila Islam disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian Islam mencakup keseluruhan agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), seluruh masalah ‘aqidah, ibadah, keyakinan, perkataan dan perbuatan. Jadi pengertian ini menunjukkan bahwa Islam adalah pengakuan dengan lisan, meyakininya dengan hati dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan. [1] Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang Nabi Ibrahim Alaihissallam: إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ “Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab: ‘Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.’” [Al-Baqarah: 131][2] Ada juga yang mendefinisikan Islam dengan: َاْلإِسْتِسْلاَمُ ِللهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَاْلإِنْقِيَادُ لَهُ باِلطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ. “Berserah diri kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya, tunduk patuh kepada-Nya dengan melaksanakan ketaatan (atas segala perintah dan larangan-Nya), serta membebaskan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.”[3] Kedua: Apabila Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang dimaksud dengan Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang diri dan hartanya terjaga [4] dengan perkataan dan amal-amal tersebut, baik dia meyakini Islam ataupun tidak. Sedangkan kalimat iman berkaitan dengan amalan hati.[5] Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla : قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا ۖ قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَٰكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ “Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman.’ Katakanlah (kepada mereka): ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: ‘Kami telah tunduk,’ karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu...” [Al-Hujuraat: 14] Dengan Islam, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri serta menyempurna-kan agama-Nya yang dianut ummat sebelumnya untuk para hamba-Nya. Dengan Islam pula, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyempurnakan kenikmatan-Nya dan meridhai Islam sebagai agama. Agama Islam adalah agama yang benar dan satu-satunya agama yang diterima Allah, agama (kepercayaan) selain Islam tidak akan diterima Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ “Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah Islam.” [Ali ‘Imran: 19] Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ “Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85] Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada seluruh manusia untuk memeluk agama Islam karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk seluruh manusia. Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla: قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ “Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasul (utusan) Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki keajaan langit dan bumi, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang me-matikan.’ Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada Kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah ia, agar kamu mendapat petunjuk.”[Al-A’raaf: 158] Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّـةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ. “Demi (Rabb) yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah mendengar seseorang dari ummat Yahudi dan Nasrani tentang diutusnya aku (Muhammad), kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan apa yang aku diutus dengannya (Islam), niscaya ia termasuk penghuni Neraka.” [6] Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, artinya membenarkan dengan penuh penerimaan dan kepatuhan pada seluruh apa yang dibawanya, bukan hanya membenarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib (paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) termasuk kafir, yaitu orang yang tidak beriman kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meskipun ia membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia membenarkan pula bahwa Islam adalah agama yang terbaik. Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang terkandung di dalam agama-agama terdahulu. Islam memiliki keistimewaan, yaitu cocok dan sesuai untuk setiap masa, tempat dan kondisi ummat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ “Dan Kami turunkan Al-Qur-an kepadamu dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai batu ujian terhadap Kitab-kitab yang lain...” [Al-Maa-idah: 48] Islam dikatakan cocok dan sesuai di setiap masa, tempat, dan kondisi ummat maksudnya adalah berpegang teguh kepada Islam tidak akan menghilangkan kemaslahatan ummat, bahkan dengan Islam ini ummat akan menjadi baik, sejahtera, aman dan sentausa. Tetapi harus diingat bahwa Islam tidak tunduk terhadap masa, tempat dan kondisi ummat sebagaimana yang dikehendaki oleh sebagian orang. Apabila ummat manusia menginginkan keselamatan di dunia dan di akhirat, maka mereka harus masuk Islam dan tunduk dalam melaksanakan syari’at Islam. Agama Islam adalah agama yang benar, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan kemenangan kepada orang yang berpegang teguh kepada agama ini dengan baik, namun dengan syarat mereka harus mentauhidkan Allah, menjauhkan segala (bentuk) perbuatan syirik, menuntut ilmu syar’i, dan mengamalkan amal yang shalih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur-an) dan agama yang haq (benar), untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.” [At-Taubah: 33] Juga dalam firman-Nya: وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bahwa sungguh Dia akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana telah Dia jadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-Nuur: 55] Islam adalah agama yang sempurna dalam ‘aqidah dan syari’at. Di antara bentuk kesempurnaannya adalah: 1. Islam memerintahkan untuk bertauhid dan melarang perbuatan syirik. 2. Memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang bersikap bohong. 3. Memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang bersikap zhalim. 4. Memerintahkan untuk bersikap amanah dan melarang bersikap khianat. 5. Memerintahkan untuk menepati janji dan melarang ingkar janji. 6. Memerintahkan untuk berbakti kepada ibu-bapak serta melarang mendurhakai keduanya. 7. Islam menjaga agama dan Islam mengharamkan seseorang murtad (keluar dari agama Islam). 8. Islam menjaga jiwa. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla mengharam-kan pembunuhan dan penumpahan darah ummat Islam. Islam memelihara jiwa, oleh karena itu Islam mengharamkan pem-bunuhan secara tidak haq (benar), dan hukuman bagi orang yang membunuh jiwa seorang Muslim secara tidak haq adalah hukuman mati. 9. Islam menjaga akal. Oleh karena itu, Islam mengharamkan setiap yang memabukkan seperti khamr, narkoba dan rokok. 10. Islam menjaga harta. Oleh karena itu, Islam mengajarkan amanah (kejujuran) dan menghargai orang-orang yang amanah bahkan menjanjikan kehidupan bahagia dan Surga kepada mereka. Dan Islam juga melarang mencuri dan korupsi serta mengancam pelakunya dengan hukuman potong tangan (sebatas pergelangan).[7] 11. Islam menjaga nasab (keturunan). Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla mengharamkan zina dan segala jalan yang membawa kepada zina.[8] 12. Islam menjaga kehormatan. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla mengharamkan menuduh orang baik-baik sebagai pezina atau dengan tuduhan-tuduhan lain yang merusak kehormatannya. Dalil-dalil bahwa Islam menjaga jiwa, harta dan kehormatan kaum Muslimin di antaranya: Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ، وَأَمْوَالَكُمْ، وَأَعْرَاضَكُمْ، بَيْنَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِيْ شَهْرِكُمْ هَذَا، فِيْ بَلَدِكُمْ هَذَا، لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ... “Sesungguhnya darah kalian, harta benda kalian, kehormatan kalian, haram atas kalian seperti terlarangnya di hari ini, bulan ini dan negeri ini. Hendaknya yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir...” [9] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ. “Lenyapnya dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang Muslim.” [10] Dari Buraidah Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: قَتْلُ الْمُؤْمِنِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ مِنْ زَوَالِ الدُّنْيَا. ‘Terbunuhnya seorang Mukmin lebih berat (urusannya) di sisi Allah daripada lenyapnya dunia.’” [11] Bahkan darah seorang Muslim lebih mulia dari Ka’bah yang mulia.[12] Secara umum Islam memerintahkan agar berakhlak yang mulia, bermoral baik dan melarang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik dan melarang perbuatan yang buruk. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan ber-buat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah me-larang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengam-bil pelajaran.” [An-Nahl: 90] Islam didirikan atas lima dasar. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَـامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ. “Islam dibangun atas lima dasar: (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, (2) menegakkan shalat, (3) membayar zakat, (4) berpuasa di bulan Ramadhan, dan (5) menunaikan haji ke Baitullaah.”[13] Rukun Islam ini wajib diimani, diyakini dan wajib diamalkan oleh setiap Muslim dan Muslimah. Rukun Pertama: Kesaksian tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah Azza wa Jalla dan (bahwa) Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba serta Rasul-Nya, merupakan keyakinan mantap yang diekspresikan dengan lisan. Dengan kemantapannya itu, seakan-akan ia dapat menyaksikan-Nya. Syahadah (kesaksian) merupakan satu rukun padahal yang disaksikan itu ada dua hal, ini dikarenakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penyampai risalah dari Allah Azza wa Jalla. Jadi, kesaksian bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan utusan Allah Azza wa Jalla merupakan kesempurnaan kesaksian لاَ إِلهَ إِلاَّ الله, tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah. Syahadatain (dua kesaksian) tersebut merupakan prinsip dasar keabsahan dan diterimanya semua amal. Amal akan sah dan diterima bila dilakukan dengan keikhlasan hanya karena Allah Azza wa Jalla dan mutaba’ah (mengikuti) Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ikhlas karena Allah Azza wa Jalla merupakan realisasi dari syahadat (kesaksian) laa ilaaha illallaah, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. Sedangkan mutaba’ah atau meng-ikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan realisasi dari pada kesaksian bahwa Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya. Faedah terbesar dari dua kalimat syahadat tersebut adalah membebaskan hati dan jiwa dari penghambaan terhadap makhluk dengan beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja serta tidak mengikuti melainkan hanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rukun Kedua: Menegakkan shalat artinya beribadah kepada Allah dengan melaksanakan shalat wajib lima waktu secara istiqamah dan sempurna, baik waktu maupun caranya. Shalat harus sesuai dengan contoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam: صَلُّوْا كَمَا رَأَيتُمُوْنِي أُصَلِّي. “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” [14] Salah satu hikmah shalat adalah mendapat kelapangan dada, ketenangan hati, serta menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. [15] Rukun Ketiga: Membayar zakat artinya beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla dengan menyerahkan kadar yang wajib dari harta-harta yang harus dikeluarkan zakatnya.[16] Salah satu hikmah membayar zakat adalah membersihkan harta, jiwa dan moral yang buruk, yaitu kekikiran serta dapat menutupi kebutuhan Islam dan kaum Muslimin, menolong orang fakir dan miskin. Rukun Keempat: Berpuasa di bulan Ramadhan artinya beribadah hanya kepada Allah dengan cara meninggalkan makan, minum, jima’ (bercampur) antara suami isteri dan hal-hal yang dapat membatalkannya dari mulai terbit fajar shadiq sampai terbenam matahari. Salah satu hikmah berpuasa di bulan Ramadhan adalah melatih jiwa untuk meninggalkan hal-hal yang disukai karena mencari ridha Allah Azza wa Jalla. Rukun Kelima: Menunaikan (ibadah) haji ke Baitullah (rumah Allah) artinya beribadah hanya kepada Allah dengan menuju al-Baitul Haram (Ka’bah di Makkah al-Mukarramah) untuk melaksanakan syi’ar atau manasik haji. Allah Ta’ala berfirman: إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ “Sesungguhnya rumah yang pertama-tama dibangun untuk (tempat beribadah) manusia adalah Baitullah yang berada di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” [Ali ‘Imran: 96] Salah satu hikmah menunaikan haji ke Baitullah adalah melatih jiwa untuk mengerahkan segala kemampuan, harta, dan jiwa agar tetap taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itulah, haji merupakan salah satu macam dari jihad fii sabiilillaah.[17] [Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M] Makna Dua Kalimat Syahadah Kedua: MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAH Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa dua kalimat syahadah merupakan dasar sah dan diterimanya semua amal. Kedua kalimat ini memiliki makna, syarat-syarat dan rukun-rukun yang harus diketahui, diyakini, diimani dan diamalkan oleh seluruh kaum Muslimin. Makna kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ Makna dari kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (laa ilaaha illallaah) adalah: لاَ مَعْبُوْدَ بِِِِِحَقٍّ إِلاَّ اللهُ. “Tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Ada beberapa penafsiran yang salah tentang makna kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (laa ilaaha illallaah), dan kesalahan tersebut telah menyebar luas. Di antara kesalahan tersebut adalah:[[1] 1. Menafsirkan kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dengan لاَ مَعْبُوْدَ إِلاَّ اللهُ (tidak ada yang diibadahi kecuali Allah), padahal makna tersebut rancu karena jika demikian, maka setiap yang diibadahi, baik benar maupun salah, berarti Allah. 2. Menafsirkan kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dengan لاَ خَالِقَ إِلاَّ اللهُ (tidak ada pencipta kecuali Allah), padahal makna tersebut merupakan sebagian dari makna kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dan ini masih berupa Tauhid Rububiyyah saja, sehingga belum cukup. Inilah yang diyakini juga oleh orang-orang musyrik. 3. Menafsirkan kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ dengan لاَ حَاكِمِيَّةَ إِلاَّ اللهُ (tidak ada hakim (penguasa) kecuali Allah), pengertian ini pun tidak mencukupi karena apabila mengesakan Allah hanya dengan pengakuan atas sifat Allah Yang Maha Penguasa saja namun masih berdo’a kepada selain-Nya atau menyelewengkan tujuan ibadah kepada sesuatu selain-Nya, maka hal ini belum termasuk definisi yang benar. Syarat-Syarat Kalimat [2] لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ Syarat Pertama: اَلْعِلْمُ (al-‘ilmu) Yaitu mengetahui arti kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (laa ilaaha illallaah). Allah Azza wa Jalla berfirman: فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ “Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah...” [Muhammad: 19] Allah Azza wa Jalla juga berfirman: إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ “Melainkan mereka yang mengakui kebenaran, sedang mereka orang-orang yang mengetahui.” [Az-Zukhruf: 86] Yang dimaksud dengan “mengakui kebenaran” adalah ke-benaran kalimat laa ilaaha illallaah. Sedangkan maksud dari “sedang mereka orang-orang yang mengerti” adalah mengerti dengan hati mereka apa yang diucapkan dengan lisan. Dalam hadits shahih dari Sahabat ‘Utsman Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ. “Barangsiapa yang meninggal dunia dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, maka ia masuk Surga.”[3] Syarat Kedua: اَلْيَقِيْنُ (al-yaqiin) Yaitu yakin serta benar-benar memahami kalimat laa ilaaha illallaah tanpa ada keraguan dan kebimbangan sedikit pun. Allah Azza wa Jalla berfirman: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu dan berjuang di jalan Allah dengan harta dan dirinya, merekalah orang-orang yang benar.” [Al-Hujuraat: 15] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ...أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنِّي رَسُوْلُ اللهِ لاَ يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ، غَيْرَ شَاكٍّ فِيْهِمَا، إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ. “... Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah dan bahwasanya aku (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba menjumpai Allah (dalam keadaan) tidak ragu-ragu terhadap kedua (syahadat)nya tersebut, melainkan ia masuk Surga.”[4] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: ...اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ، فَمَنْ لَقِيْتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ... “... Pergilah dengan kedua sandalku ini, maka siapa saja yang engkau temui di belakang kebun ini yang ia bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, dengan hati yang meyakininya, maka berikanlah kabar gembira kepadanya dengan masuk Surga.” [5] Maka, syarat untuk masuk Surga bagi orang yang mengucap-kannya, yaitu hatinya harus yakin dengannya (kalimat Tauhid) serta tidak ragu-ragu terhadapnya. Apabila syarat tersebut tidak ada maka yang disyaratkan (masyrut) juga tidak ada. Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata: اَلْيَقِيْنُ اْلإِيْمَانُ كُلُّهُ وَالصَّبْرُ نِصْفُ اْلإِيْمَانِ. “Yakin adalah Iman secara keseluruhan, dan sabar adalah sebagian dari iman.”[6] Tidak ada keraguan lagi bahwasanya orang yang yakin dengan makna laa ilaaha illallaah, seluruh anggota tubuhnya akan patuh beribadah kepada Allah Azza wa Jalla yang tiada sekutu bagi-Nya, dan akan mentaati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena inilah Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu memohon ditambahkan iman dan keyakinan dengan berdo’a: اَللَّهُمَّ زِدْنَا إِيْمَانًا، وَيَقِيْنًا، وَفِقْهًا. “Ya Allah, tambahkanlah kepada kami keimanan, keyakinan, dan kefahaman.” [7] Syarat Ketiga: اْلإِخْلاَصُ (al-ikhlaash) Yaitu memurnikan amal perbuatan dari segala kotoran-kotoran syirik, dan mengikhlaskan segala macam ibadah hanya kepada Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman: فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ “... Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)...” [Az-Zumar: 2-3] Allah Azza wa Jalla juga berfirman: وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya...” [Al-Bayyinah: 5] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفاَعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ. “Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat nanti adalah orang yang mengucapkan: ‘Laa ilaaha illallaah,’ dengan ikhlas dari hati atau jiwanya.” [8] Syarat Keempat: اَلصِّدْقُ (ash-shidqu) Yaitu jujur, maksudnya mengucapkan kalimat ini dengan disertai pembenaran oleh hatinya. Barangsiapa lisannya mengucapkan namun hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah Azza wa Jalla berfirman: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِين َيُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ “Dan di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,’ padahal mereka itu sesung-guhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak me-nipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” [Al-Baqarah: 8-9] Juga firman Allah Azza wa Jalla tentang orang munafik: قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ “... Mereka berkata, ‘Kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah...’” [Al-Munafiquun: 1] Kemudian Allah Azza wa Jalla mendustakan mereka dengan firman-Nya: وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ “... Dan Allah mengetahui bahwasanya engkau adalah utusan-Nya dan Allah bersaksi bahwasanya orang-orang munafik itu berdusta.” [Al-Munaafiquun: 1] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ. “Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah, dengan jujur dari hatinya, melainkan Allah mengharamkannya masuk Neraka.”[9] Syarat Kelima: اَلْمَحَبَّةُ (al-mahabbah) Yaitu cinta, maksudnya mencintai kalimat tauhid ini, men-cintai isinya dan apa-apa yang ditunjukkan atasnya. Allah Azza wa Jalla berfirman: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Dan orang-orang yang beriman, sangat besar cinta mereka kepada Allah....” [Al-Baqarah: 165] Allah Azza wa Jalla juga berfirman: قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ “Katakanlah: ‘Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Ali ‘Imran: 31] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ: مَنْ كاَنَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. “Tiga perkara yang bila ketiga-tiganya terdapat pada seseorang ia akan mendapatkan kelezatan iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, (2) mencintai seseorang semata-mata karena Allah, (3) tidak suka kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia tidak suka dicampakkan ke dalam api.”[10] Syarat Keenam: اْلإِنْقِيَادُ (al-inqiyaad) Yaitu tunduk dan patuh. Seorang Muslim harus tunduk dan patuh terhadap apa-apa yang ditunjukkan oleh kalimat laa ilaaha illallaah, hanya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengamalkan syari’at-syari’at-Nya, beriman dengan-Nya, dan berkeyakinan bahwasanya hal itu adalah benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ “Dan kembalilah kamu kepada Rabb-mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” [Az-Zumar: 54] Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا “Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.” [An-Nisaa': 125] Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ “Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” [Luqman: 22] Syarat Ketujuh: اَلْقَبُوْلُ (al-qabuul) Yaitu menerima kandungan dan konsekuensi dari kalimat syahadat ini, menyembah Allah Azza wa Jalla semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan mentaati, maka ia termasuk dari orang-orang yang difirmankan Allah Azza wa Jalla : إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallaah (tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah)’ mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” [Ash-Shaaffaat: 35-36] Ini seperti halnya penyembah kubur di zaman ini. Mereka mengikrarkan: “Laa ilaaha illallaah,” tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan mereka terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna: “Laa ilaaha illallaah.” [11] Rukun Kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ Kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (laa ilaaha illallaah) memiliki 2 rukun, yaitu: 1.النَّفْيُ, yaitu mengingkari (menafikan) semua yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. 2. اْلإِثْبَاتُ, yaitu menetapkan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla saja. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ “... Barangsiapa yang kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada buhul tali yang sangat kokoh dan tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.” [Al-Baqarah: 256] Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): ‘Beribadahlah kepada Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu, maka di antara ummat itu ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul).” [An-Nahl: 36] Makna Kalimat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ (Muhammad Rasulullah) [12] Makna dari syahadat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ (Muhammad Rasulullah) adalah: 1. طَاعَتُهُ فِيْمَا أَمَرَ, yaitu mentaati apa-apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan. 2. تَصْدِيْقُهُ فِيْمَا أَخْبَرَ , yaitu membenarkan apa-apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan. 3. اِجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ , yaitu menjauhkan diri dari apa-apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam larang. 4. أَنْ لاَ يَعْبُدَ اللهَ إِلاَّ بِمَا شَرَعَ, yaitu tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan cara yang telah disyari’atkan. Artinya, kita wajib beribadah kepada Allah menurut apa yang disyari’atkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita wajib ittiba’ kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tentang makna dan konsekuensi kalimat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ (Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) akan dibahas lebih lanjut pada point ke-24: Wajibnya Mencintai dan Mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (hal.253). [Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M] sumber: http://almanhaj.or.id الإسلام هو دين الحق الذي نشرته وا النبي محمد صلى الله سلام alaihi

الإسلام هو دين الحق الذي نشرته وا النبي محمد صلى الله سلام alaihi
الأول:دين الإسلام هو دين (TRUE) دار الحق أنه في ظل النبي محمد صلى الله الله عليه سلم وا
من قبلاليزيد بن عبد القادر Ustadz Jawas

الإسلام في اللغة (أصل الكلمة) هو الاستسلام، وتقديم، أو الطاعة.
أما بالنسبة لأحكام الشريعة الإسلامية (المصطلحات)، وتعريف الإسلام في حالتين:
أولا: إذا ذكر الإسلام وحده دون أن يرافقه كلمة الايمان، والشعور الذي يغطي الدين كله من الإسلام، على حد سواء أصول (الأساسية) وfuru "(فروع)، والمسألة برمتها من العقيدة، والعبادة، والمعتقدات، الأقوال والأفعال. لذلك هذه الفكرة القائلة بأن الإسلام هو اعتراف شفهي، معتبرا مع القلب والاستسلام إلى الله عز وجل عن كل ما تم تحديدها وكأنها قدر محتم. [1]
كما قال الله تعالى وا سبحانه عن النبي إبراهيم Alaihissallam:
إذ قال له ربه أسلم قال أسلمت لرب العالمين
وقال "عندما ربه قال له: '! الموضوع إلى patuhlah' وقال:" أنا منقاد إلى رب الجنود. "[البقرة: 131] [2]
وهناك أيضا تعريف الإسلام عن طريق:
الإستسلام لله بالتوحيد والإنقياد له بالطاعة والبراءة من الشرك وأهله.
"استسلام نفسك إلى الله من قبل mentauhidkan له، تسليم أنفسنا إليه لتنفيذ الامتثال (على كل وصاياه والمحظورات)، وتحرير نفسك من الشرك وأولئك الذين لا الشرك". [3]
الثاني: إذا كان الإسلام هو مذكور بالتزامن مع كلمة الإيمان، بحيث يهدف الإسلام من الأقوال والأفعال من نفسه وماله lahiriyah حافظت [4] مع الأقوال والأفعال، ما اذا كان يعتقد الإسلام. في حين أن الجملة المتعلقة بممارسة الشعائر الدينية في الكبد. [5]
كما قال الله تعالى:
قالت الأعراب آمنا قل لم تؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا ولما يدخل الإيمان في قلوبكم
"العرب تجول يقول:" نحن نعتقد ". قل (لهم):" أن يكون لديك ايمان، ولكن يقول: "لقد خضعت" لأنه لا يتم إيمان تدخل بعد قلوبكم ... "[سورة الحجرات: 14]
مع الإسلام، والله سبحانه تعالى وا حد والكمال المعلن دينه الأمم السابقة لكم لعباده. وبالمثل مع الإسلام، والله سبحانه تعالى تحسين التمتع به، ورضي الإسلام كدين. الإسلام هو الدين الحق والدين الوحيد المقبول على الله، والدين (العقيدة) إلى جانب الإسلام لن تكون مقبولة لدى الله.
الله سبحانه تعالى يقول:
إن الدين عند الله الإسلام
"من المؤكد ان الدين (الحق) هو عند الله الإسلام". [علي عمران: 19]
الله سبحانه تعالى يقول:
ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين
"كل من يبحث عن الديانات الأخرى غير الإسلام، فإنه في بعض الأحيان لا تكون مقبولة (الدين) منه، وإنه في الآخرة هو من بين أولئك الذين سيخسرون". [علي عمران: 85]
جعل الله سبحانه وتعالى هو إلزامي لجميع الرجال لاعتناق الإسلام، لأن النبي صلى الله عليه وسلم بعث للبشرية جمعاء.
كما قال الله تعالى:
قل يا أيها الناس إني رسول الله إليكم جميعا الذي له ملك السماوات والأرض لا إله إلا هو يحيي ويميت فآمنوا بالله ورسوله النبي الأمي الذي يؤمن بالله وكلماته واتبعوه لعلكم تهتدون
"قل يا أيها الناس إنا إني رسول (رسول) من الله إليكم جميعا، أن الله الذي لديه keajaan السماء والأرض، لا إله الحق في أن لا إله إلا له بشكل صحيح، ويانغ يانغ تحول القاتل". لذا نؤمن لكم الله ورسوله، (أي) النبي الأمي الذي يؤمن بالله وإلى صاحب الجمل (كتبه) ومتابعته، والتي قد تسألون الاسترشاد ". [سورة الأعراف: 158]
تناسبها أيضا مع قول النبي صلى وا ل'alaihi سلم:
والذي نفس محمد بيده، لا يسمع بي أحد من هذه الأمة يهودي ولا نصراني، ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به، إلا كان من أصحاب النار.
"من خلال (الرب) أن محمد هو نفسه في يديه، وليس لسماع شخص ما من المجتمع حول مجيء أنا يهودي ومسيحي (محمد)، ثم مات في حالة من عدم الإيمان ما كنت أرسل إليه (الإسلام)، وبالتأكيد فإنه يشمل المقيمين الجحيم ". [6]
يعتقدون أن النبي محمد صلى الله عليه وسلم، يعني تبرير القبول التام والالتزام بكل ما يجمع، لا تبرر فقط ليس إلا. هذا هو السبب في أبو طالب (عم صلى النبي وسلم alaihi)، بما في ذلك غير المؤمنين، أولئك الذين لا يؤمنون صلى النبي وسلم alaihi على الرغم من أنه أكد ما جاء به وا وصلى النبي سلم alaihi وأكد أيضا أن الإسلام هو دين أفضل.
الإسلام يغطي صالح كامل الذي يرد في الديانات السابقة. الإسلام لديه امتياز، الذي هو مناسبة وملائمة لكل مكان، والعمر وحالة الأمة.
الله سبحانه تعالى يقول:
وأنزلنا إليك الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه من الكتاب ومهيمنا عليه
واضاف "وأنزلنا من القرآن-1 لك مع الحقيقة، ويؤكد ما كانت عليه من قبل، أي الكتب (مشتقة في وقت سابق)، وباعتباره المحك ضد غيرها من الكتب التي ..." [سورة ماء، تبييضه: 48 ]
وقال سيف الاسلام لتكون مناسبة وملائمة في كل وقت ومكان، والقصد من ذلك هو الشرط من أمة الإسلام يتمسكون سوف لن تقضي على مصلحة الأمة، وحتى مع الأمة الإسلامية أن تكون Sentausa جيدة، ومزدهر وآمن و. ولكن يجب أن نتذكر أن الإسلام لا تخضع لالزمان والمكان وحالة الأمة على النحو المرغوب فيه من قبل بعض الناس. وإذا كانت البشرية تريد الخلاص من الدنيا والآخرة، ومن ثم ينبغي أن تحول إلى الإسلام، ويقدم إلى القانون الإسلامي المنفذين.
الإسلام هو الدين الحق، والله سبحانه تعالى وعود الانتصار لأولئك الذين يتمسكون بالدين على ما يرام، ولكن بشرط أن mentauhidkan الله، بعيدا له (شكل) الشرك، syar'i دراسة، وممارسة خيرية الأفعال.
الله سبحانه تعالى يقول:
هو الذي أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون
واضاف "الذي أرسل رسوله (مع ترحيل) تعليم (سورة القرآن-1)، ودين الحق (حق)، الى فوز له على الدين كله، على الرغم من المشركين أكره ذلك." [في التوبة : 33]
أيضا في كلمته:
وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون
واضاف "ووعد الله هؤلاء من بين الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات، وانه سوف تجعلها قوية حقا على الأرض، كما أنه جعل الذين من قبلهم في السلطة، والواقع انه سيتم تأسيس ل دينهم والمباركة التي له منها، وانه سيتحول في الواقع (الدولة) لهم، وبعد وجودهم في الخوف من Sentausa آمن. يعبدون ما زال لي مع أي شيء لا يربط مع البيانات. ولمن هو (لا يزال) كفروا بعد (وعد)، ثم انهم هم الذين المتمردين "[وموستشيفوهرونج-: 55].
الإسلام هو الدين الذي هو الكمال في العقيدة والشريعة. من بين أشكال الكمال هي:
أ. ويحرم الاسلام أمر bertauhid والشرك.
2. أمرت لاحقاق الحق والنهي عن كونه كذبة.
3. أمرت لتحقيق العدالة ومنع التصرف الظالمين.
4. وأمر أن يكون الفعل جدير بالثقة والغادرة يحظر.
5. تعليمات للحفاظ على وعودهم، وكسر الحظر وعود.
6. أمرت أن تكرس للأب والأم يعصي لهم المحظورة.
7. الإسلام والدين الإسلامي يحرم حفظ شخص مرتد (من دين الإسلام).
8. الحفاظ على روح الإسلام. ولذلك فإن الله سبحانه وتعالى وقتل mengharam سفك دماء المسلمين. الإسلام يغذي الروح، وبالتالي، فإن الإسلام يحرم قتل غير الحق (الحقيقة)، ومعاقبة أولئك الذين يقتلون النفس لمسلم ليس الحق هو عقوبة الإعدام.
9. الحفاظ على الإسلام معقول. لذلك، والإسلام يحرم كل مسكر مثل المخدرات والخمر والسجائر.
10. الإسلام الحفاظ على الممتلكات. لذلك، والإسلام يعلمنا الثقة (الصدق)، ونقدر الناس الذين يثقون حتى وعد الحياة من السعادة والجنة لهم. والإسلام يحرم أيضا سرقة والفساد وتهديد الجناة مع عقوبة بتر اليد من (المعصم محدودة). [7]
11. الإسلام الحفاظ على نسب (ذرية). لذلك، الله سبحانه وتعالى حرم الزنا وجميع الطرق التي تؤدي إلى الزنا. [8]
12. الحفاظ على شرف الإسلام. لذلك، الله سبحانه وتعالى حرم اتهام الناس على ما يرام كما الزناة أو مع غيرها من الادعاءات التي تضر شرف.
المسلمات من الإسلام الحفاظ على تلك الحياة والممتلكات والشرف للمسلمين من بينها:
كلام وا وصلى النبي 'alaihi سلم:
فإن دماءكم، وأموالكم، وأعراضكم، بينكم حرام عليكم كحرمة يومكم هذا، في شهركم هذا، في بلدكم هذا، ليبلغ الشاهد الغائب ...
"حقا في دمك، والممتلكات الخاصة بك، وشرفك، ممنوع عليكم مثل terlarangnya في اليوم والشهر والبلد. يجب أن تكون موجودة لنقول من هو غائب ... "[9]
قال النبي صلى الله عليه وسلم:
لزوال الدنيا أهون عند الله من قتل رجل مسلم.
"إن اختفاء من العالم هو أخف على مرأى من الله من قتل مسلم". [10]
من بريدة الله الله عنه، قال: "إن رسول صلى الله عليه وسلم قال:
قتل المؤمن أعظم عند الله من زوال الدنيا.
"قتل المؤمن أشد (عمل) في مرأى من الله من اختفاء العالم". [11]
حتى دم مسلم هو أكثر نبلا من الكعبة الشريفة. [12]
بشكل عام، وأمر الإسلام أن حرف معين هو النبيل، وحسن معنويا وحظر سيئة معنويا. الإسلام أمر أيضا كل الخير وينهون عن السيئات.
الله سبحانه تعالى يقول:
إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون
"إن الله يقول (أنت) لتكون عادلة وجيدة بالنسبة لها، مما يتيح لأهلكم، والعياذ بالله من kemungkaran، الفحشاء والعداء. وقال انه يعلم أنك يمكن أن تتخذ إما درسا "[[النحل: 90].
أنشأ الإسلام على أساس خمس سنوات. كما هو مذكور في الحديث المشهور الذي رواه ابن عمر أن رسول anhuma صلى الله وسلم قال alaihi:
بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وصوم رمضان، وحج البيت.
"بني الإسلام على خمسة مبادئ هي: (1) أشهد أن لا إله لديه الحق في ان يعبد بشكل صحيح، ولكن الله وحده، وأن محمدا رسول الله، (2) إقامة الصلاة، (3) دفع الزكاة، (4) الصيام خلال شهر رمضان، و (5) يؤدوا فريضة الحج إلى Baitullaah ". [13]
أركان الإسلام واجب على الاعتقاد، ويعتقد أنه يجب أن يمارسه كل مسلم ومسلمة.
الدعائم التي تقوم عليها أولا: شهادة لا إله الحق في أن لا إله إلا الله سبحانه وتعالى بشكل صحيح و (أن) محمد صلى الله عليه وسلم عبده ورسوله، هو الاعتقاد الذي أعرب عنه اللسان ثابت. مع رجحان، كما لو أنها يمكن أن أراه.
شحادة (شهادة) هو أن وجود أعمدة عندما يكون هناك نوعان من الأشياء، لأن النبي صلى الله عليه وسلم هو رسالة من رسول الله سبحانه وتعالى. وهكذا، فإن شهادة أن محمدا صلى الله عليه وسلم عبده ورسول الله سبحانه وتعالى هو شهادة الكمال لا إله إلا الله، لا إله الحق في ibadahi بشكل صحيح إلا الله.
Syahadatain (شهادتين) هو مبدأ أساسي من الشرعية والقبول من جميع الجمعيات الخيرية. لن يتم قبول الصدقة مشروعة إلا إذا فعلت مع صدق الله سبحانه وتعالى لوmutaba'ah (اتباع) من السنة وا على النبي صلى 'alaihi سلم. بصدق عن الله سبحانه وتعالى هو إعمال (شهادة) شحادة illallaah إله LAA، لا إله الحق في أن لا إله إلا الله صحيح. في حين mutaba'ah أو إلى اتباع سنة وصلى النبي وسلم alaihi هو تحقيق شهادة أن محمدا صلى الله عليه وسلم عبده ورسوله.
أكبر قدر من الفوائد من العقيدة الجملتين هو تحرير قلب وروح العبودية لمخلوقات مع العبادة فقط إلى الله سبحانه وتعالى وحده ولا تتبع ليس فقط ولكن على سلم صلى على النبي "وا alaihi.
ركائز الثاني: فرض الصلاة لعبادة الله وسيلة لتنفيذ الفرائض خمس مرات في istiqamah والكمال، في كل من الوقت وكيف. يجب أن تكون صلاة، وفقا للمثال وا وصلى النبي 'alaihi سلم.
كما كلمة له صلى الله سلم وا alaihi:
صلوا كما رأيتموني أصلي.
"صلوا عليك، وكما ترون لي في الصلاة". [14]
واحد من الحكمة من الصلاة هي أن يكون التسامح والاعتدال، والابتعاد عن الفحشاء والمنكر. [15]
ثلاث ركائز هي: دفع الزكاة وسيلة لعبادة الله سبحانه وتعالى فقط لتقديم المستويات المطلوبة من الكنوز التي يجب أن تدفع الزكاة [16]
أحد الدروس هو تنظيف العقار لدفع الزكاة، وروح الفقراء، والأخلاقي، الذي بخل، ويمكن تغطية احتياجات الإسلام والمسلمين، ومساعدة المشردين والمعوزين.
أربعة أركان هي: الصوم في شهر رمضان وسيلة لعبادة الله بطريقة عادلة على ترك الأكل والشرب، جيما "(المختلط) بين الزوج والزوجة والأشياء التي تبدأ في التراجع عنه من طلوع الفجر الصادق إلى غروب الشمس.
واحدة من الدروس المستفادة من الصيام في شهر رمضان هو تدريب الناس على ترك اشياء من هذا القبيل، ابتغاء مرضاة الله سبحانه وتعالى خير.أركان الإسلام الخمسة: أداء (العبادة) وحج البيت (بيت الله) الذي هو عبادة الله مع آل البيت إلى الحرم (الكعبة في مكة المكرمة) لتنفيذ syi'ar أو مناسك الحج.
الله تعالى يقول:
إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا وهدى للعالمين
"حقا أول بيت بني ل(مكان للعبادة) هو الرجل الذي كان في البيت بكة (مكة) مباركا وهدى للبشرية جمعاء." [آل عمران علي ': 96]
واحد من دروس الحج الى البيت هو تدريب الناس على بذل كل الامكانات، والأصول، والروح ليظلوا مطيعين لوا الله سبحانه تعالى. وبالتالي، فإن الحج هو نوع واحد من الجهاد FII sabiilillaah. [17]
[نسخ من كتاب شرح العقيدة أهل السنة الجماعة وول السنة، المؤلف من بن يزيد Jawas عبد القادر، قارئ الناشرون الإمام الشافعي، صندوق بريد 7803/JACC جاكرتا 13340A، الطبعة الثالثة 1427H/Juni 2006M]

اثنان شحادة جملة المعاني
الثاني:معانيها شحادة الجملتين
من قبلاليزيد بن عبد القادر Ustadz Jawas

أهل السنة وول الجماعة نعتقد أن شحادة الجملتين هو الأساس القانوني واستلام جميع المؤسسات الخيرية. الجملة الثانية لها معنى، حيث والركائز التي ينبغي أن تكون معروفة، ويعتقد، وتمارس من قبل المسلمين كافة diimani.
معنى الجملة لا إله إلا الله
ومعنى الجملة لا إله إلا الله (LAA إله illallaah) هي:
لا معبود بحق إلا الله.
"لا يوجد الله الذي له الحق في ibadahi بشكل صحيح إلا الله تعالى وا سبحانه".
هناك بعض تفسير خاطئ لمعنى الجملة لا إله إلا الله (LAA إله illallaah)، والخطأ قد أصبح واسع الانتشار. من بين هذه الأخطاء هي: [[1]
أ. تفسير الجمل لا إله إلا الله لا معبود إلا الله (لا يوجد منها إله إلا الله)، ولكن معنى غامض لأنه إذا كان الأمر كذلك، ثم يعبد كل، إما صحيحة أو خاطئة، وهذا يعني الله.
2. تفسير الجمل لا إله إلا الله لا خالق إلا الله (لا خالق إلا الله)، ولكن المعنى هو جزء من معنى الجملة لا إله إلا الله ومازال Tauhid Rububiyyah، بحيث لم يكن كافيا. ويعتقد أيضا هذا من قبل المشركين.
3. تفسير الجمل لا إله إلا الله لا حاكمية إلا الله (أي القاضي (حاكم) إلا الله)، وهذا يعني انه لا يكفي لأنه إذا كان توحيد الله إلا من خلال التعرف على طبيعة وحده الرب الله عز وجل، ولكن الصلاة لا يزال إلى غيره أو تشويه الغرض من العبادة إلى شيء من دونه، ثم وهذا لا يشمل التعريف الصحيح.
من حيث الجملة [2] لا إله إلا الله
أول شرط: العلم (كتاب "علوم)تعرف معنى الجملة التي هي لا إله إلا الله (LAA إله illallaah).الله تعالى يقول:
فاعلم أنه لا إله إلا الله
"أعرف ذلك أنه لا يوجد إله الحق في أن لا إله إلا الله بشكل صحيح ..." [محمد: 19]
الله سبحانه وتعالى يقول أيضا:
إلا من شهد بالحق وهم يعلمون
"بدلا من ذلك، أولئك الذين يوافقون على الحقيقة، هم الناس الذين لا يعرفون." [سورة الزخرف: 86]
ما هو المقصود ب "الاعتراف الحقيقة" هي في الحقيقة من illallaah الجملة إله LAA. في حين أن القصد من "انهم قوم يعقلون" هو أن يفهموا بقلوبهم ما هو واضح من جانب اللسان.
في حديث لأصدقاء عثمان أن رسول الله صلى الله عنه وقال وسلم alaihi:
من مات وهو يعلم أنه لا إله إلا الله دخل الجنة.
"من مات وهو يعلم أنه لا يوجد الإله (الله) لديه الحق في ان يعبد إلا الله بشكل صحيح، ثم يذهب الى الجنة." [3]
الفصل الدراسي الثاني: اليقين (سورة اليقين)هذا هو واثق وفهم حقا عبارة LAA إله illallaah دون أدنى تردد وتذبذب.
الله تعالى يقول:
إنما المؤمنون الذين آمنوا بالله ورسوله ثم لم يرتابوا وجاهدوا بأموالهم وأنفسهم في سبيل الله أولئك هم الصادقون
"إن الذين آمنوا بالله ورسوله ثم انهم يشكون عدم والجهاد في سبيل الله بأموالهم وأنفسهم، وانهم على حق الناس". [سورة الحجرات: 15]
قال النبي صلى الله عليه وسلم:
... أشهد أن لا إله إلا الله وأني رسول الله لا يلقى الله بهما عبد، غير شاك فيهما، إلا دخل الجنة.
"... أشهد أن لا إله الحق في أن لا إله إلا الله بشكل صحيح، وأنني (محمد صلى الله عليه وسلم) هو رسول الله، وليس خادما للقاء الله (في الدولة) لم يتردد لثانية واحدة (العقيدة) هو عليه، لكنه يذهب الى الجنة ". [4]
النبي صلى الله عليه وسلم قال أيضا:
اذهب بنعلي هاتين ...، فمن لقيت من وراء هذا الحائط يشهد أن لا إله إلا الله مستيقنا بها قلبه فبشره بالجنة ...
"... يذهب مع الصنادل كل من هذه، أيا كان ذلك تلتقي وراء هذه الحديقة أنه شهد أن لا إله الحق في أن لا إله إلا الله بشكل صحيح، مع الاعتقاد في القلب، ثم يعطيه الخبر السار الذهاب الى الجنة ". [5]
وهكذا، شرط أن يذهب إلى السماء لأولئك الذين يقولون انه يجب على القلب أن يكون واثقا مع انها (التوحيد الجملة)، وعدم التردد في ذلك. إذا لم الشرط موجودة المطلوبة ثم (masyrut) لا وجود له. وقال أصحاب مسعود الله بن الله عنه:
اليقين الإيمان كله والصبر نصف الإيمان.
"هو بالتأكيد إيمان كامل، والصبر من الإيمان". [6]
ليس هناك شك في أن الناس الذين يعتقدون في معنى LAA إله illallaah، أطرافه وطاعة وعبادة الله سبحانه وتعالى الذي ليس لديه شريك له، وسوف طاعة النبي صلى الله عليه وسلم. لأن هذا هو وأضاف أصحاب عبد الله بن مسعود الله عنه ناشد الصلاة من الايمان والمعتقد:
اللهم زدنا إيمانا، ويقينا، وفقها.
"يا الله، إضافة إلى إيماننا، والمعتقدات، وkefahaman". [7]
الولاية الثالثة: الإخلاص (سورة ikhlaash)الأعمال التي تنقي من كل نجس الشرك، وجميع أنواع mengikhlaskan العبادة لله.
الله تعالى يقول:
فاعبد الله مخلصا له الدين ألا لله الدين الخالص
"... beribadahlah ذلك إلى الله مع طاعته ينقي. تذكر، فقط الله دين ينتمي الشباك (من الشرك) ... "[الزمر: 2-3]
الله سبحانه وتعالى يقول أيضا:
وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين
"على الرغم من عدم أمروا إلا ليعبدون الله إلا من خلال تنقية طاعته ..." [سورة البينة: 5]
قال النبي صلى الله عليه وسلم:
أسعد الناس بشفاعتي يوم القيامة من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه أو نفسه.
وقال "الناس في غاية السعادة مع syafa'atku يوم القيامة هم أولئك الذين يقولون: لا إله illallaah"، مع صدق القلب أو الروح ". [8]
رابع حالة: الصدق (الرماد shidqu)هذا هو صادق، وهذا يعني أن تقترن هذه الجملة من قبل لتبرير قلبه. كل من قال، ولكن قلبه كذبت لسانه، فهو منافق وكذاب.
الله تعالى يقول:
ومن الناس من يقول آمنا بالله وباليوم الآخر وما هم بمؤمنين يخادعون الله والذين آمنوا وما يخدعون إلا أنفسهم وما يشعرون
واضاف "وبين الجنس البشري هو الذي يقول:" نحن نؤمن بالله واليوم الآخر "، عندما كانوا في الواقع ليس أولئك الذين يعتقدون. انهم يريدون يخادعون الله والذين آمنوا، ولكنهم يخدعون إلا أنفسهم وهم لا يدركون "[البقرة: 8-9].
أيضا كلمة من الله سبحانه وتعالى عن المنافقين:
قالوا نشهد إنك لرسول الله
"... قالوا: نشهد أنك رسول الله ... "[سورة Munafiquun: 1]
الله سبحانه وتعالى ونفى بعد ذلك بالقول:
والله يعلم إنك لرسوله والله يشهد إن المنافقين لكاذبون
"... والله يعلم إنك لرسوله والله أشهد أن المنافقين كانوا يكذبون "[آل Munaafiquun: 1].
قال النبي صلى الله عليه وسلم:
ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله صدقا من قلبه إلا حرمه الله على النار.
"انها ليست شخص ما أشهد أن لا إله له الحق في ان يعبد إلا الله بشكل صحيح وأن محمدا رسول الله، بصدق من كل قلبه، ولكن الله mengharamkannya يذهب الى الجحيم". [9]
حيث خامسا: المحبة (سورة المحبة)أحب أن الحب، أن نحب هذه الجملة وحدة وطنية، فإنه، وبين ما هو مبين أعلاه.
الله تعالى يقول:
ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله
"ومن الناس من هناك أولئك الذين يعبدون غير الله منافسيه، يحبون كما أنهم يحبون الله. والذين آمنوا، والكثير جدا أحبهم إلى الله ... "[البقرة: 165]
الله سبحانه وتعالى يقول أيضا:
قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله غفور رحيم
"قل إن كنتم تحبون الله، ثم اتبع لي: الله سوف أحبك ويغفر لك ذنبك. والله غفور رحيم "[آل عمران علي: 31].
قال النبي صلى الله عليه وسلم:
ثلاث من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان: من كان الله ورسوله أحب إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه، كما يكره أن يقذف فى النار.
"ثلاث حالات عندما كان الثلاثة موجودة في شخص سوف يحصل على طعم الإيمان: (1) الله ورسوله أكثر من كان يحبها بدلا من اثنين، (2) شخص ما الحب إلا بسبب الله، (3) لا أحب أن أعود إلى حفظ الكفر بعد الله له، كما أنه لا يحب أن يلقى في النار ". [10]
السادسة المصطلح: الإنقياد (سورة inqiyaad)هذا هو منقاد ومطيع. وينبغي للمسلم أن يكون منقاد ومطيع إلى ما دل عليه كلام illallaah إله LAA، فقط لعبادة الله سبحانه تعالى، وممارسة مع الشريعة الإسلامية إيمانه، مع أحكام الشريعة الإسلامية فيه، ويعتقد أنه من صحيح.
الله سبحانه تعالى يقول:
وأنيبوا إلى ربكم وأسلموا له من قبل أن يأتيكم العذاب ثم لا تنصرون
". وكنت أعود إلى ربكم، وأنا تركت لاستسلامه أمام الله يأتيكم ثم لا يمكن أن تكون ساعدت (مرة أخرى)" [الزمر: 54]
قال الله تعالى أيضا:
ومن أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله وهو محسن واتبع ملة إبراهيم حنيفا واتخذ الله إبراهيم خليلا
واضاف "والذي دين أفضل من الشخص الذي يقدم عن طيب خاطر إلى الله، بينما كان يقوم به جيدة، وأنه اتبع ملة إبراهيم حنيفا؟ واتخذ الله إبراهيم إلى المفضلة لديه "[وسورة النساء ': 125].
قال الله تعالى أيضا:
ومن يسلم وجهه إلى الله وهو محسن فقد استمسك بالعروة الوثقى وإلى الله عاقبة الأمور
"والذين يقدم إلى الله، هو الذي لا خير، فمن المؤكد انه قد انضمت إلى عقدة حبل قوي. ولله هو نهاية كل الشؤون "[لقمان: 22].
حيث سابعا: القبول (سورة qabuul)الذي يحصل على المحتوى والنتائج المترتبة على هذه العقيدة الجملة، عبادة الله سبحانه وتعالى وحده وترك عبادة من دونه. الذي هو القول، ولكن لا نقبل وطاعة، حتى انه شمل من الناس أن الرب سبحانه وتعالى:
إنهم كانوا إذا قيل لهم لا إله إلا الله يستكبرون ويقولون أئنا لتاركو آلهتنا لشاعر مجنون
"كان من المؤكد أنها لحين يقال لهم:" لا إله illallaah (لا إله الحق في أن لا إله إلا الله بشكل صحيح) 'انهم تباهى، ويقولون: "هل لدينا حقا لمغادرة إلهنا إله وشاعر مجنون" [الرماد، Shaaffaat: 35-36]
انها مثل عباد القبور في هذا الوقت. تعهدوا: "لا إله illallaah"، ولكن لا تريد أن تتخلى عن عبادتهم للقبور. ويعني بذلك أنهم لم يتلقوا معنى: "لا إله illallaah" [11]
أركان الحكم لا إله إلا اللهلا إله إلا الله عبارة (LAA إله illallaah) لديه دعامتين، هما:
ألف النفي، وهذا هو إنكار (تنكر) كل ما يعبدون الله تعالى وا سبحانه.
2. الإثبات، التي من المقرر أن يعبد إلا الله سبحانه وتعالى وحده.الله سبحانه تعالى يقول:
فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى لا انفصام لها والله سميع عليم
"... كل من كفر إلى الشر، ويؤمن بالله، ثم التزمت بالفعل هو إلى عقدة حبل قوي جدا، وسوف كسر لا، والله سميع عليم "[البقرة: 256].
قال الله تعالى أيضا:
ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت فمنهم من هدى الله ومنهم من حقت عليه الضلالة فسيروا في الأرض فانظروا كيف كان عاقبة المكذبين
واضاف "وإنا أرسلنا الرسل على كل الأمة (إعلان): 'Beribadahlah إلى الله (وحدها)، والابتعاد عن الشر، ثم بين الأمة هناك تعليمات التي قدمها الله وغيرهم من الناس الذين كان من الخطأ بالنسبة له. ثم تمشي في الأرض فانظروا كيف عاقبة الذين من الذين ينكرون (الرسل) "[[النحل: 36].
معنى الجملة محمد رسول الله (النبي محمد) [12]معنى العقيدة محمد رسول الله (النبي محمد) هي:
أ. طاعته فيما أمر، ألا وهي أن تطيع ما كان صلى الله عليه وسلم أمره.
2. تصديقه فيما أخبر، والذي أكد ما كان صلى الله عليه وسلم يقول.
3. اجتناب ما نهى عنه وزجر، وينأى بنفسه عن ما كان صلى الله عليه وسلم ممنوع.
4. أن لا يعبد الله إلا بما شرع، لا يعبد الله ولكن بطريقة لديها disyari'atkan. وهذا هو، يجب علينا أن نعبد الله وفقا لما disyari'atkan ويتضح من النبي محمد صلى الله وسلم alaihi، يجب علينا أن ittiba 'لوا صلى له' alaihi سلم.
حول معنى وعواقب الحكم محمد رسول الله (النبي محمد صلى الله عليه وسلم) وسوف تناقش مرة أخرى في 24 نقطة: وجوب المحبة وتمجد النبي محمد صلى الله عليه وسلم (hal.253).
[نسخ من كتاب شرح العقيدة أهل السنة الجماعة وول السنة، المؤلف من بن يزيد Jawas عبد القادر، قارئ الناشرون الإمام الشافعي، صندوق بريد 7803/JACC جاكرتا 13340A، الطبعة الثالثة 1427H/Juni 2006M]
مصدر: http://almanhaj.or.id

No comments:

Post a Comment