EVENT TICKET

Tuesday, December 13, 2011

Al-Farabi

Al-Farabi
Tulisan filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles memiliki pengaruh yang besar terhadap pemikiran filsuf Islam. Salah seorang filsuf Islam yang terpengaruh dengan pemikiran kedua tokoh tersebut adalah Al-Farabi.
Nama sebenarnya Abu Nashr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlaq Al Farabi. Beliau lahir pada tahun 874M (260H) di Transoxia yang terletak dalam Wilayah Wasij di Turki.Ayahnya adalah seorang tentara yang miskin tetapi semua itu tidak mencegahnya mendapat pendidikan di Baghdad. Beliau telah mempelajari bahasa Arab di bawah pimpinan Ali Abu Bakr Muhammad ibn al-Sariy.Selepas beberapa waktu, ia pindah ke Damaskus sebelum melanjutkan perjalanannya ke Halab. Saat di sana, beliau telah melayani di istana Saif al-Daulah dengan gaji empat dirham sehari. Hal ini menyebabkan dia hidup dalam kondisi yang serba kekurangan.
Al-Farabi terdidik dengan sifat qanaah menjadikan beliau seorang yang sangat sederhana, tidak gila harta dan cinta dunia. Ia lebih berkonsentrasi untuk mencari ilmu dari mendapatkan kekayaan duniawi. Sebab itulah Al-Farabi hidup dalam kondisi yang miskin sehingga beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 950M (339H). Meskipun Al-Farabi merupakan seorang yang zuhud tetapi ia bukan seorang ahli sufi. Ia merupakan seorang ilmuwan yang cukup terkenal di zamannya. Dia mampu menguasai berbagai bahasa.
Selain itu, dia juga seorang musisi yang handal. Lagu yang diproduksi mempengaruhi secara langsung kepada pendengarnya.Selain memiliki kemampuan untuk memainkan musik, ia juga telah menciptakan satu jenis alat musik yang dikenal sebagai gambus.Kemampuan Al-Farabi bukan sekedar itu, bahkan beliau juga memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam dalam bidang medis, sains, matematika, dan sejarah.

 
Namun, keterampilannya sebagai seorang ilmuwan yang paling komplit lebih dalam bidang filsafat. Bahkan kehebatannya dalam bidang ini mengatasi filsuf Islam yang lain seperti Al-Kindi dan Ibnu Rusyd.Dalam membicarakan teori politiknya, ia berpendapat bahwa akal dan wahyu adalah satu hakikat yang padu. Apapun percobaan dan usaha untuk memisahkan kedua elemen tersebut akan melahirkan sebuah negara yang pincang dan masyarakat yang kacau. Oleh itu, akal dan wahyu harus dijadikan sebagai dasar bagi pembangunan sebuah negara yang kuat, stabil dan makmur.

Al-Farabi banyak mempelajari tentang filsafat dan teori Socrates, Plato, dan Aristoteles dalam usahanya untuk menghasilkan teori dan konsep tentang kebahagiaan. Maka tidak heran, Al-Farabi dikenal sebagai orang yang paling memahami filsafat Aristoteles.

 
Dia juga merupakan seorang yang pertama menulis tentang ilmu logika Yunani secara teratur dalam bahasa Arab.Meskipun pemikiran filsafatnya banyak dipengaruhi oleh filsafat Yunani tetapi ia menentang pendapat Plato yang menganjurkan konsep pemisahan dalam kehidupan manusia.Menurut Al-Farabi, seorang filsuf tidak seharusnya memisahkan dirinya dari sains dan politlk. Sebaliknya harus menguasai keduanya untuk menjadi seorang filsuf yang sempurna.

Tanpa ilmu, seorang filsuf tidak memiliki cukup peralatan untuk diekspolitasikan untuk kepentingan orang lain. Justru, seorang filsuf yang murni tidak akan merasakan perbedaan di antaranya dengan pemerintah yang tertinggi karena keduanya merupakan komponen yang saling lengkap melengkapi.

 
Dalam hal ini beliau mengusulkan agar dibuat sebuah negara kesejahteraan yang dipimpin oleh anggota falsafah.Pandangan filsafatnya yang kritis telah meletakkannya sejajar dengan filsuf Yunani yang lain. Dalam kalangan filsuf Islam, beliau juga dikenal sebagai Aristoteles kedua. Untuk Al-Farabi, ilmu segala-galanya dan para ilmuwan harus ditempatkan pada posisi yang tertinggi dalam pemerintahan negara.
Pandangan Al-Farabi ini sebenarnya memiliki persamaan dengan filsafat dan ajaran Konfusius yang menempatkan kaum ilmuwan pada tingkat hirarki yang tertinggi di dalam sistem sosial suatu negara.

Selain itu, Al-Farabi juga mengemukakan banyak pandangan yang mendahului zamannya. Antaranya menyatakan bahwa keadilan itu merupakan sifat alami manusia, sedangkan pertarungan yang terjadi antara manusia merupakan gejala sifat alami tersebut.Pemikiran, ide, dan pandangan Al-Farabi tentang filsafat politik terkandung dalam karyanya yang berjudul "Madinah al-Fadhilah".
Pembicaraan tentang ilmu filsafat Yunani dan filsafat Plato dan Aristoteles telah disentuhnya dalam karya "Ihsa * al-Ulum" dan "Kitab al-Jam". Ada dua buku tidak dapat disiapkan oleh Al-Farabi di zamannya.


 
Buku-buku itu adalah "Kunci Ilmu" yang disiapkan oleh anak muridnya yang bernama Muhammad Al Khawarismi pada tahun 976M dan "Fihrist Al-Ulum" yang diselesaikan oleh Ibnu Al-Nadim di tahun 988M.Al-Farabi juga telah menghasilkan sebuah buku yang mengandung pengajaran dan teori musik Islam, yang diberikan judul "Al-Musiqa" dan dianggap sebagai sebuah buku yang terpenting dalam bidang tersebut.Sebagai seeorang ilmuwan yang murni, Al-Farabi juga memperlihatkan kecenderungannya menghasilkan beberapa penelitian dalam bidang medis.

 
Meskipun penelitiannya dalam bidang ini tidak menjadi masyhur tetapi pandangannya telah memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap perkembangan ilmu kedokteran di zamannya.Salah satu pandangannya yang menarik adalah tentang betapa jantung adalah lebih penting dibandingkan otak dalam kehidupan manusia. Ini disebabkan jantung memberikan kehangatan pada tubuh sedangkan otak hanya mengkoordinasikan kehangatan itu menurut kebutuhan anggota tubuh.

Sesungguhnya Al-Farabi merupakan seorang tokoh filsafat yang serba bisa. Banyak dari pemikirannya masih relevan dengan perkembangan dan kehidupan manusia hari ini. Sementara itu, pemikirannya tentang politik dan negara banyak dikaji dan dibicarakan di tingkat universitas untuk menemukan solusi dan sintesis terhadap segala kemelut yang terjadi pada hari ini.

No comments:

Post a Comment