KITAB
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Al-Qur'an Al-Karim
Kitab suci al-Qur'an al-Karim yang diturunkan oleh Allah Taala kepada Nabi Muhammad saw - Nabi dan Rasul yang akhir sekali, adalah kitab suci yang akhir sekali yang memansukhkan kitab-kitab suci yang sebelumnya.
Al-Qur'an al-Karim diturunkan oleh Allah Taala kepada Beliaudalam umat manusia terutama kaum Yahudi dan Nasrani berada dalam sengketa dan perselisihan dalam berbagai masalah termasuk masalah ketuhanan dan kerasulan. Masing-masing pihak mengizinkan pihaknya dan menyalahkan yang lain.
Al-Qur'an al-Karim, antara lain, memiliki dua tugas yang besar.
Pertama - Mengakui kebenaran yang terkandung dalam kitab-kitab suci yang sebelumnya, mengenai ibadah kepada Allah semata-mata, beriman kepada Rasul-Rasul-Nya, menjalankan kebenaran dan keadilan, berakhlak dengan sifat-sifat yang mulia dan mengakui benar adanya balasan pada hari akhirat.
Kedua - Mengawasi kitab-kitab yang tersebut dan mengungkapkan perubahan, perubahan dan tokok tambah yang ada dalam kitab-kitab itu yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.
Hakikat ini ditegaskan oleh Allah Taala di dalam al-Qur'an al-Karim, artinya:
"Dan Kami turunkan kepada mu (Muhammad) kitab al-Qur'an dengan membawa kebenaran, untuk mengkonfirmasi benarnya kitab-kitab suci yang sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. (48, Surah Al-Maidah)."Di antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah (atau mengganti ganti) kalam Allah (isi kitab Taurat), dari tempat dan maksudnya yang sebenarnya. (46, Surah an-Nisaa ').
"Dan di antara orang-orang yang berkata:` Bahwa kami ini orang-orang Nasrani, Kami juga telah mengambil perjanjian mereka, maka. Mereka juga melupakan (meninggalkan) sebagian dari apa yang diperingatkan mereka dengannya. (14, Surah Al-Maidah ).
Jelasnya, siapa yang ingin mencari kebenaran dan ingin mencapai pengajaran-pengajaran Ilahi yang benar, tidak akan dapat di mana-manapun selain yang terhimpun di dalam al-Qur'an al-Karim karena al-Qur'anlah kitab suci yang dilindungi keasliannya dan selamat pengajarannya dari perubahan, perubahan dan tokok tambah, serta telah disambut dan diterima oleh umat Islam dari Nabi Muhammad saw yang menerimanya dari Malaikat Jibril as yang membawa turunnya dari Allah
Al-Qur'an juga sebuah kitab yang terhimpun di dalamnya:(1) Dasar-dasar suci dan mulia dan benar-benar cara dan sebaik-baik peraturan.
(2) Segala apa yang diperlukan oleh umat manusia meliputi aqidah kepercayaan, amal ibadah, adab sopan dan segala bentuk muamalat (kira bicara dan hubungan sesama manusia dalam bidang bisnis, perusahaan dan sebagainya).
(3) Segala peraturan yang menjamin adanya orang tunggal yang sempurna, keluarga yang mulia, masyarakat yang baik dan pemerintah yang adilHakikat ini dijelaskan oleh Allah Taala dalam ayat 15-16, Surat al-Maidah. Di antara maksud-maksudnya:
(1) Bahwa umat Muhammad saw, telah datang kepada mereka - dari Allah - Seorang selaku obor atau senter yang menerangi pandangan hati nurani manusia dan sebuah kitab al-Qur'an yang menyatakan segala yang dihajati oleh umat manusia untuk kesempurnaan dan kesentosaannya;
(2) Bahwa melalui Rasul dan Kitab yang tersebut, Allah Taala - dengan peraturan dan undang-rabi.
(A) Menunjukkan jalan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat:
Kepada siapa yang menerima dan menurut peraturan dan cara bawaan hidup yang diredhaiNya.
(B) Mengeluarkan manusia dari gelap gulita kufur, kebodohan, maksiat dan sebagainya: Kepada sinar iman, ilmu pengetahuan, amal ibadah dan hal-hal yang mulia.
(C) Memimpin manusia ke jalan yang tidak ada kekhawatiran sesat untuk siapa yang melaluinya dan tidak pula berat atau payah dijalani, iaitulah jalan - "As-Shiratal Mustaqin" - yang benar lurus.
Hakikat ini juga ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:
18 - Dari Ali, ra., Katanya: Ingatlah, aku telah mendengar Rasulullah saw, bersabda: "Beginilah, sesungguhnya akan terjadi kekacauan dan bencana yang besar". Aku bertanya: "Apakah caranya untuk menyelamatkan diri dari bencana itu, Ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "(Caranya adalah mematuhi ajaran) kitab Allah mengandung kisah-kisah perihal umat-umat - yang sebelum kamu dan berita hal-hal yang akan datang sesudah kamu, dan hukum-hukum tentang apa yang terjadi di antara kamu (kitab Allah al-Qur'an) dialah yang menjadi pemutus (antara yang benar dengan yang salah) bukan keterangan yang olok-olok; siapa saja dari kaum yang kesombongan, meninggalkannya (dengan tidak menurut hukumnya): akan ditimpa Allah dan siapa yang menemukan pertunjuk dari yang lainnya akan disesatkan oleh Allah; al-Quran adalah tali Allah yang teguh kokoh dan dialah pengajaran yang menjadi ikutan dan dialah juga As-Siratul Mustaqim (jalan yang lurus). Dialah kitab yang dengan sebab mematuhi ajarannya, hawa nafsu seseorang tidak akan menyimpang atau terpesong; dan dialah kitab yang kalimat-kalimatnya tidak akan saling mengganggu atau berkesamaran dengan kata-kata makhluk; dan alim ulama pula tidak merasa puas dari mempelajari isinya; (demikian juga) keindahan, kemanisan dan kelazatan membacanya tidak akan susut atau hilang meskipun ia dibaca dengan berulang-ulang dan isinya yang menakjubkan, tidak berkesudahan. Dialah kitab yang menjadikan sekelompok jin saat mendengarnya tidak tertahan hati menerimanya sehingga mereka memujinya dengan berkata "Sesungguhnya kami mendengar bacaan al-Qur'an yang - menakjubkan, yang menunjukkan jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya." (Demikian juga) siapa yang mengatakan sesuatu dengan berdasarkan kitab itu, benarlah perkataan; dan siapa yang beramal dengan ajarannya, diberikan pahala; dan siapa yang membuat keputusan berdasarkan hukum-hukumnya, adillah keputusan; dan siapa yang berdakwah agar masyarakat menurut ajaran-ajarannya, sudah tentu ia (dan mereka) mendapat hidayah petunjuk ke jalan yang lurus. "(Tirmidzi dan Darimi)
Firman Allah Taala, maksudnya: "Dan hendaklah kamu sekalian mematuhi kitab Allah Al-Qur'an .. (103, Ali-Imran).
".. Dan apapun perintah yang dibawa oleh Rasulullah kepada kamu, maka ambillah akan dia serta amalkan, dan apa yang dilarangnya kamu melakukannya maka patuhilah larangan ..." (7, Al-Hasyr).Hadis Ketiga
3 - Dari Zaid bin Arqam, r.a. katanya: Bahwa Rasulullah s.a.w.bersabda: "Kitab Allah Azza wa Jalla adalah tali Allah (sebab yang membawa kepada rahmat Allah), siapa yang menurutnya: Beradalah ia dalam hidayat pertunjuk yang sebenarnya dan (sebaliknya) siapa yang meninggalkannya: Beradalah ia dalam kesesatan." (Muslim)Hadis yang ketiga ini berisi:(1) Kitab Allah adalah jalan perhubungan seseorang dengan Allah.
(2) Nasib seseorang tergantung pada sesuai atau tidaknya akan kitab Allah.
Uraiannya:
Pertama - Kitab Allah Al-Qur'an Al-Karim:Allah S.W.T. Tuhan pencipta umat dan pencipta manusia khususnya. Manusia tidaklah seperti kondisi kayu dan batu, dan tidak seperti kondisi hewan-hewan yang lain, tetapi manusia adalah makhluk yang kejadiannya tersusun dari jasmani dan rohani, serta keadaan dengan sifat-sifat khusus dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.
Oleh itu maka tak patut manusia hanya tinggal manusia, tidak lebih dari itu, bahkan wajiblah ada perhubungannya dengan Allah penciptanya; maka jalan perhubungan seseorang dengan Allah itu tidak lain kecuali Al-Qur'an al-Karim. Di dalam Al-Qur'an ada keterangan-keterangan, ada tunjuk ajar untuk seseorang mencapai keamanan; ada yang berupa perintah, ada yang berupa larangan, apakah dalam bagian ibadah, maupun dalam bagian bidang-bidang kehidupan, yang wajib dipatuhi, di mana seseorang itu berada dan dalam zaman mana ia hidup, sampai hari kiamat.
Itulah sebabnya Al-Qur'an itu dianggap dengan "Tali Allah" yang teguh kokoh, siapa yang berpegang dengannya selamatlah dia, dan siapa yang mencuaikannya binasalah dia.
Kedua - Nasib seseorang dalam alam kehidupan:Hal nasib selalu dipertanyakan oleh setiap orang dalam setiap masa, lebih-lebih lagi dalam zaman sains dan teknologi mi.Mereka berusaha, mereka bertindak dengan tujuan memperbaiki dan membela nasibnya.
Tetapi meskipun, nasib yang mereka maksudkan itu tidak lebih dari nasib dalam kehidupan dunia saja, katalah pada senang atau susah, atau lain-lain lagi; semuanya sejauh dalam dunia, dengan tidak memandang ke akhirat - alam putusannya masing-masing; dan semuanya sesuai ukuran lahir semata-mata dengan tidak memandang kepada penilaian akhlak dan peri kemanusiaan; maka dengan sebab itulah dalam berusaha untuk memperbaiki dan membela nasib kerapkali terjadi invasi terhadap nasib orang lain, atau menyentuh harga diri sendiri atau diri orang lain.Adapun nasib yang dimaksudkan oleh agama adalah nasib yang meliputi kehidupan dunia dan akhirat sama, sedang manusia dengan pikirannya sendiri hanya dapat mengetahui hal jasmani dalam dunia ini, itupun kadarnya sangat terbatas; pada hal hakikat manusia bukanlah jasmani saja bahkan jasmani dan rohani sama; maka manusia meskipun seberapa bijak pikiran mereka tak bisa mengetahui dengan sahnya hal rohani itu, lebih-lebih lagi hal alam akhirat.Dengan yang demikian, maka untuk memperbaiki nasib dan mencapai kebahagiaan dunia akhirat, wajiblah seseorang itu menurut ajaran kitab Allah dan menjauhkan diri dan segala larangannya.
Hadis Keempat
4 - Dari Abu Hurairah, ra, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: "Aku tinggalkan di antara kamu dua hal yang kamu tidak sekali-kali akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah Rasulullah," (saw) .(Imam Malik).
Hadis yang keempat ini berisi:(1) Pusaka Peninggalan Rasulullah s.a.w. yang abadi.(2) Kitab Allah dan sunnah Rasulullah s.a.w. menjamin keamanan umat manusia.
Uraiannya:
Pertama - Pusaka Peninggalan Rasulullah s.a.w.:Beliau tidak meninggalkan harta benda yang menjadi pusaka kepada ahli waris-warisnya. Sebagai seorang Rasul, beliau diberi mukjizat-mukjizat yang membuktikan kerasulannya dan mukjizat-mukjizat itu habis saat lalu waktunya, tidak dapat disaksikan oleh orang-orang kemudian, kecuali satu mukjizat yang kekal sampai hari kiamat, yang lebih berguna dari properti, bukan saja untuk waris-warisnya bahkan untuk seluruh umat dalam segala tempat dan segala zaman.
Peninggalannya itu adalah "Kitab Allah Al-Qur'an" yang diwahyukan kepadanya dan "Sunnah" nya yang meliputi, perkataannya, perbuatannya dan taqrirnya (ketiadaan larangannya).
Kedua - Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah s.a.w. menjamin keamanan umat manusia:
Jaminan keamanan yang diberikan melalui "Kitab Allah" dan "Sunnah Rasul-Nya itu adalah dengan jalan masing-masing menerapkan sendiri segala ajaran keduanya, menghalalkan apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya; bukan dengan jalan menyimpan keduanya di rumah untuk diambil berkat saja, bukan dengan jalan dibaca dengan tujuan yang lain dari mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla dan bukan pula dengan cara menumpang praktek orang lain, walau pun di antara anak dengan ayah, atau di antara istri dengan suami; tidaklah seperti kondisi keamanan dalam alam nyata ini, yang biasanya seseorang yang lebih kekuasaannya bisa memberi perlindungan selamat kepada orang lain yang ia inginkan.
Usaha untuk mencapai keamanan yang sejati adalah mematuhi ajaran-ajaran kitab Allah dan jalan pimpinan Rasulullah saw
Hadis Kelima
5 - Dari Al-'Irbaadh bin Sariyah, ra, katanya: Rasulullah saw telah menasehati dan mahal kami, pada suatu hari lalu shalat Subuh, dengan satu nasihat dan peringatan yang sangat-sangat mendalam dan efektif, yang menjadikan (Pendengar-pendengar) meneteskan air mata dan membuat hati (mereka) gerun gementar. Lalu berkatalah salah seorang pria (di antara kami): "Sesungguhnya nasihat ini nasihat orang yang memberi selamat tinggal, maka apakah pesanan yang tuan hendak pesankan kepada kami Ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Aku berpesan kepada kamu dengan taqwa kepada Allah, dan mendengar serta taat kepada (pemerintah kamu) sekalipun ia seorang hamba bangsa Habsyi, karena sesungguhnya siapa di antara kamu yang hidup (setelah ku) akan melihat perselisihan yang banyak dan (dengan yang demikian) berjaga-jagalah kamu, tinggalkanlah dan hal-hal baru ( yang diada-adakan dalam agama), karena sesungguhnya hal-hal itu adalah sesat; oleh itu siapa di antara kamu yang berada dalam zaman terjadinya yang demikian, maka hendaklah ia menurut jalanku dan jalan khalifah-khalifah (ku) yang mendapat pimpinan lagi mendapat pertunjuk; berpegang teguhlah kamu kepada dengan seteguh-teguhnya. "
(Tirmidzi)
Menurut hadits Abu Daud, (Beliau bersabda): "Dan berjaga-jagalah kamu! Jauhkanlah diri dan hal-hal baru (yang diada-adakan dalam agama), karena sesungguhnya segala sesuatu yang diada-adakan) itu bid'ah dan tiap -tiap bid'ah itu sesat. "
Hadis yang kelima ini mengandung:(1) Rasulullah s.a.w. seorang anggota pidato yang amat bijaksana.(2) Dalam pidato-pidatonya, kerapkali Beliau berpesan agar bertaqwa dari terkena kemurkaan Allah.(3) Orang-orang Islam diwajibkan taat kepada pemerintah dengan tidak memandang kepada asal keturunannya.(4) Peringatan Beliau tentang terjadinya perselisihan di antara umat Islam.
(5) Jalan bawaan Rasulullah s.a.w. dan jalan pimpinan khalifah-khalifah Al Rashidin harus selalu dijadikan pedoman.Uraiannya:
Pertama - Rasulullah s.a.w. Seorang Anggota Pidato Yang Maha Bijaksana:Sebagai seorang Rasul yang terpilih, yang selalu mendapat pimpinan dari Allah melalui Jibril (as), sudah tentu nasihat-nasihat dan pengajaran Beliau mempengaruhi yang sangat-sangat mendalam dan mempengaruhi pendengar-pendengarnya, sehingga hati yang keras menjadi lembut, yang pengecut menjadi berani, dan yang cuai menjadi tekun, bertindak dengan sungguh- sungguh.
Kedua - Soal Taqwa:
Dalam pidatonya, beliau kerapkali berpesan agar bertaqwa dari terkena kemurkaan Allah"Taqwa" adalah cara memelihara dan menjaga diri dan lain-lainnya karena takut terkena apapun hal yang merusak atau yang cacat.
Kerusakan-kerusakan itu terkadang mengenal hidup di dunia, dan ada kalanya tentang hidup di akhirat.Untuk menjaga dan mengontrol kerusakan atau cacat hidup di dunia, harus dipelajari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum kejadian alam serta diikuti dan dijalankan dengan sempurna.
Misalnya untuk mencegah kekalahan dan kerusakan dalam perjuangan, harus mengetahui cara-cara dan peraturan melawan musuh, dan menyediakan alat-alat perlengkapan yang diinginkan oleh kondisi dan zaman. Selain dan itu harus pula disertai dengan kekuatan rohani yaitu bersatu hati, tetap dan tabah serta bertawakal kepada Allah Taala.Demikian juga, untuk menjaga kerusakan atau cacat hidup di akhirat, harus mencegahnya dengan iman yang ikhlas, tauhid yang murni, dan amal yang saleh dan menjauhi segala yang bertentangan dengan semuanya itu, seperti bawaan syirik, perbuatan maksiat, dan akhlak yang memperburuk seseorang atau masyarakat .Pendeknya "Bertaqwa" adalah berusaha melakukan sebab-sebab yang dijadikan Tuhan untuk mencapai musababnya - Seperti beriman dan beramal saleh untuk mencapai nikmat kebahagiaan yang abadi di akhirat dan berusaha menurut jalan dan peraturan yang benar untuk mencapai kesuksesan di dunia.
Ketiga - Orang-orang Islam diwajibkan taat kepada pemimpin, sekalipun kepala itu dari golongan budak:Seseorang ketua, dengan sifatnya pemegang teraju pemerintahan negara, atau sebuah masyarakat, atau sebuah kantor, atau lainnya-lainnya, wajib dipatuhi oleh set! P orang yang di bawah perintahnya, selama tidak bertentangan dengan hukum-hukum Islam, sebagaimana yang dinyatakan oleh sebuah hadits, yang artinya:"Tidak harus mentaati seseorang makhluk dalam hal melanggar perintah Tuhan".
Patuh setia dan seluruh rakyat itu menjadikan segala urusan pemerintahan berjalan dengan baik, dapat memberikan hak-hak kepada tuan punya masing-masing menurut apa yang wajib.Kalau tidak, akan terjadilah berbagai huru-hara.Memandang kepada besarnya kepentingan taat setia terhadap kepala atau pemerintah, dan besarnya bencana ketiadaan taat setia itu maka Rasulullah saw wajibkan juga mematuhi meskipun kepala atau pemerintah itu dari golongan budak, jika ia dengan ilmu pengetahuannya berpeluang menjadi ketua, pada hal ketua atau pemerintah itu - selain dari ilmu pengetahuan yang melayakkannya - menurut dasar syariah harus dari keturunan yang mu1ia.
Keempat - Peringatan Beliau tentang terjadinya perselisihan di antara umat Islam:
Peringatan yang telah diberikan oleh Rasulullah saw telah terjadi dan menjadi kenyataan. Orang-orang Islam telah pun mengalami perselisihan antara mereka, apakah dalam soal-soal i'tikad kepercayaan dan amal ibadah, maupun dalam soal-soal politik, sehingga menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkanKelima - Perlunya kendali ke jalan bawaan Rasulullah SAW dan jalan pimpinan khalifah-khalifah Ar-Rasyidin:Sebagaimana perlunya pedoman dalam perjalanan atau pelayaran untuk menghindari sesat barat, maka demikianlah perlunya berdasarkan jalan bawaan Rasulullah dan jalan pimpinan khalifah-khalifah Al-Rasyidin dalam bawaan hidup seseorang sehari-hari, lebih-lebih lagi pada masa terjadinya perselisihan.Setelah memperingatkan tentang terjadinya sengketa di antara umatnya, Beliau iringi pula dengan pesanan agar mereka selalu berpatokan kepada jalannya dan jalan khalifah-khalifahnya, serta melarang keras dari melakukan hal-hal baru yang diada-adakan dalam agama - dengan berdasarkan akal pikiran semata-matadan keinginan hawa nafsu - karena buruk padahnya.Hadis Keenam
6 - Dari Abdullah bin 'Amr ra, katanya: Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya akan terjadi kepada umatku hal-hal yang benar-benar sama seperti apa yang telah terjadi pada Bani Israil, sehingga jika ada di antara mereka orang yang berzina dengan ibunya dengan berterang-terang, niscaya akan ada di antara umatku orang yang melakukan hal yang demikian; dan sesungguhnya Bani Israel telah terpecah belah menjadi tujuh puluh dua kelompok dan umatku pula akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok, semuanya (akan dilemparkan) dalam neraka kecuali satu kelompok saja ". Sahabat-sahabat beliau bertanya: "Siapa dia suku yang satu itu ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Suku itu adalah kelompok yang tetap di atas jalanku dan jalan sahabat-sahabatku." (Tirmidzi)
Menurut hadits Abu Daud, ada tambahan, yaitu: "Dan sesungguhnya akan timbul dalam kalangan umatku beberapa kaum yang dijalari oleh bahaya penyakit suka mengada-adakan bid'ah sebagaimana menjalarnya bahaya penyakit anjing gila pada korbannya - tidak ada satu urat atau satu sendi tubuhnya kecuali penyakit itu diterapkan menjalarinya. "Hadis yang keenam ini mengandung:
Penegasan Rasulullah s.a.w. tentang hal-hal buruk yang akan terjadi dalam kalangan umatnya yang wajib dijauhi, agar mereka tetap teguh menurut jalannya dan jalan sahabat-sahabatnya.Uraiannya:Hal-hal buruk yang diperingati oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW itu adalah:
Pertama - Umat Islam akan melakukan penyimpangan dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, seperti yang telah dilakukan oleh Bani Israel.
Beliau menyebutkan perihal Bani Israel ini karena penyelewengan mereka adalah seburuk-buruk contoh yang wajib dijauhi dan disingkirkan.
Meskipun mereka pada awalnya diberikan berbagai nikmat dan keistimewaan, diturunkan kepada mereka kitab-kitab suci, dan diutus kepada mereka beberapa banyak Nabi-nabi dan Rasul-rasul, tetapi kebanyakan mereka tetap kafir, dan terus melakukan berbagai kejahatan dan kekejaman di sepanjang -panjang sejarahnya. Mereka telah runtuh dan kekejaman di sepanjang-panjang sejarahnya.
Mereka telah runtuh akhlaknya, lenyap peri kemanusiaannya, dan terpecah belah ke berbagai kelompok dalam kepercayaan dan paham-pahamnya serta mengadakan berbagai trik untuk mengacaukan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agamanya.Merekalah juga yang telah menimbulkan dan mengembangkan berbagai isme atau paham, seperti ideologi komunisme, paham kapitalis dan lain-lainnya yang merusak ketentraman dan susunan masyarakat dan perekonomian negara-negara dunia yang dijalannya. Bahkan merekalah yang mengembangkan kebudayaan kuning yang lucah itu dan melanggar tata tertib dan kesopanan - melalui film-filmnya, koran-koran dan majalah-majalahnya, model-model pakaiannya, dan klub-klub malamnya, sehingga berhaklah mereka dilaknat oleh Allah Taala di dalam kitab -kitab sucinya, dilaknat oleh malaikat-malaikat, Rasul-Nya, dan seluruh umat manusia yang berperi kemanusiaan.
Beliau juga pernah memberi ingat dengan tegasnya - sebagaimana yang tersebut dalam salah satu hadisnya: Bahwa umatnya akan terpengaruh dan menjadi pak turut dengan buta tuli kepada segala apa yang datang dari kaum Yahudi dan Nasrani.
Beliau menyebutkan secara khusus kedua kaum itu, karena mereka, selain diberikan kitab-kitab dan diutus rasul-rasul yang memimpin mereka, mereka saja yang berpengaruh dan banyak permusuhannya pada zaman Beliau. Kalau kaum-kaum yang diberikan kitab dan pimpinan itu diingatkan kita jangan terpengaruh pada penyelewengannya, maka kaum-kaum yang tidak diberi kitab dan tidak pula menerima pimpinan, lebih-lebih lagi wajib kita menolak bulat-bulat segala apa yang mereka sogok-sogokkan ke kita dari hal-hal yang bertentangan dengan dasar-dasar Islam kita seperti yang kita saksikan pada zaman kita ini - dari kaum-kaum Majusi, Komunis, Etheis dan lain-lainnya.
Apa yang telah diperingatkan oleh Rasulullah saw tentang penyelewengan yang akan terjadi dalam kalangan umatnya itu sudah terjadi dan menjadi kenyataan. Sebagaimana yang disaksikan sekarang ada di antara orang-orang Islam yang suka meniru bulat-bulat apa yang datang dari orang-orang yang bukan Islam, meskipun hal-hal yang ditiru itu bertentangan dengan ajaran dan akhlak Islam.
Di antara hal-hal itu adalah perbuatan setengah perempuan-perempuan Islam yang - selain tidak mematuhi perintah Al-Qur'an menyuruh mereka menutup kepala meliputi belahan leher bajunya - mereka membesarkan hiasan kepalanya dengan berbagai cara yang di antaranya menggunakan rambut- rambut palsu. Ada pula yang menghaluskan bulu keningnya. Ada juga yang berpakaian tetapi mereka seolah-olah telanjang karena nipisnya dan tidak menutup aurat. Ada juga yang berjalan di muka umum dengan cara yang tidak sopan seperti lagak perempuan-perempuan jahat. Ada pula di antara mereka yang memakai pakaian pria dan ada yang berlagak seperti pria, sedang segala perbuatan yang demikian adalah dikutuk oleh Islam.Selain dari itu, ada wanita-wanita yang rela dipamirkan badannya, yang menggunakan pakaian yang sempit dan singkat, mengungkapkan aurat, sengaja memperlihatkan bentuk tubuh, dan lain-lain lagi yang bertentangan dengan hukum dan kesopanan Islam.
Ada pula di antaranya yang keluar dan rumahnya dengan menggunakan berbagai perhiasan yang menarik perhatian, dengan menggunakan berjenis-jenis bedak muka dan lipstik, dan memakai bau-bauan yang harum di hal semuanya itu - seperti juga segala perhiasan yang lain - hanya ditentukan dan didorongoleh agama agar dilakukan di rumah khususnya untuk suaminya.
Wanita-wanita Islam dilarang memperlihatkan hiasan tubuhnya kecuali kepada suami dan orang-orang lelaki yang menjadi mahramnya dan orang-orang yang tertentu, seperti yang tersebut di dalam Al-Qur'an al-Karim (Ayat 31, Surah Al-Nur).Demikian juga halnya hal-hal buruk yang terjadi dalam kalangan kaum pria. Ada di antara orang-orang lelaki Islam yang telah hilang langsung perasaan cemburunya terhadap istrinya dan perempuan-perempuan yang di bawah jagaannya, sehingga dia hampir-hampir bersifat dengan sifat orang "Dayus" yang dikutuk oleh Islam dan dilarang oleh Allah dari masuk surga, sepertisikapnya membiarkan istrinya atau perempuan-perempuan yang di bawah jagaannya bebas keluar, bebas bercampur aduk dengan orang-orang lelaki yang bukan mahramnya, bebas dipeluk oleh pria asing dalam pesta-pesta tari menari, dan sebagainya.
Ada pula pria yang berlagak dan berhias seperti perempuan, dan yang memakai pakaian perempuan. Semuanya itu, apakah yang dilakukan oleh kaum pria atau kaum perempuan adalah haram dan dikutuk sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam banyak hadits-haditsnya, serta menyatakan kemelaratan masing-masing, sehingga ditegaskan ada di antara mereka yang melakukan hal-hal buruk itu, bukan saja tidak akan masuk surga, bahkan tidak dapat mencium baunya, sedang bau surga tersedia dan jarak yang jauh .
Kedua - Akan terjadi perpecahan dalam kalangan umat Islam tentang akidah kepercayaan dan praktek agama, seperti yang telah terjadi pada Bani Israel, pada hal perpecahan yang demikian bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya, dan semua suku yang terpecah itu salah dan sesat belaka, kecuali satu saja, yaitu suku yang tetap menurut jalan pimpinan Rasulullah saw dan bawaan sahabat-sahabatnya, dengan tidak mengurangi, berlebihan, atau menyimpang sedikit pun.
Selain dan itu, menurut tambahan yang ada pada hadis Abu Daud yang tersebut, Beliau mengingatkan bahwa akan timbul dalam kalangan umatnya beberapa kelompok yang dijalari oleh bahaya penyakit hawa nafsu suka mengurangi, berlebihan, atau menyimpang dari yang sebenarnya, seperti menjalarnya bahaya penyakit anjing gila kepada korbannya.Memori yang tegas dan jelas yang diberikan oleh beliau itu, adalah agar umatnya tetap menurut jalan pimpinannya dan bawaan sahabat-sahabatnya.
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Al-Qur'an Al-Karim
Kitab suci al-Qur'an al-Karim yang diturunkan oleh Allah Taala kepada Nabi Muhammad saw - Nabi dan Rasul yang akhir sekali, adalah kitab suci yang akhir sekali yang memansukhkan kitab-kitab suci yang sebelumnya.
Al-Qur'an al-Karim diturunkan oleh Allah Taala kepada Beliaudalam umat manusia terutama kaum Yahudi dan Nasrani berada dalam sengketa dan perselisihan dalam berbagai masalah termasuk masalah ketuhanan dan kerasulan. Masing-masing pihak mengizinkan pihaknya dan menyalahkan yang lain.
Al-Qur'an al-Karim, antara lain, memiliki dua tugas yang besar.
Pertama - Mengakui kebenaran yang terkandung dalam kitab-kitab suci yang sebelumnya, mengenai ibadah kepada Allah semata-mata, beriman kepada Rasul-Rasul-Nya, menjalankan kebenaran dan keadilan, berakhlak dengan sifat-sifat yang mulia dan mengakui benar adanya balasan pada hari akhirat.
Kedua - Mengawasi kitab-kitab yang tersebut dan mengungkapkan perubahan, perubahan dan tokok tambah yang ada dalam kitab-kitab itu yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan Nasrani.
Hakikat ini ditegaskan oleh Allah Taala di dalam al-Qur'an al-Karim, artinya:
"Dan Kami turunkan kepada mu (Muhammad) kitab al-Qur'an dengan membawa kebenaran, untuk mengkonfirmasi benarnya kitab-kitab suci yang sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. (48, Surah Al-Maidah)."Di antara orang-orang Yahudi ada yang mengubah (atau mengganti ganti) kalam Allah (isi kitab Taurat), dari tempat dan maksudnya yang sebenarnya. (46, Surah an-Nisaa ').
"Dan di antara orang-orang yang berkata:` Bahwa kami ini orang-orang Nasrani, Kami juga telah mengambil perjanjian mereka, maka. Mereka juga melupakan (meninggalkan) sebagian dari apa yang diperingatkan mereka dengannya. (14, Surah Al-Maidah ).
Jelasnya, siapa yang ingin mencari kebenaran dan ingin mencapai pengajaran-pengajaran Ilahi yang benar, tidak akan dapat di mana-manapun selain yang terhimpun di dalam al-Qur'an al-Karim karena al-Qur'anlah kitab suci yang dilindungi keasliannya dan selamat pengajarannya dari perubahan, perubahan dan tokok tambah, serta telah disambut dan diterima oleh umat Islam dari Nabi Muhammad saw yang menerimanya dari Malaikat Jibril as yang membawa turunnya dari Allah
Al-Qur'an juga sebuah kitab yang terhimpun di dalamnya:(1) Dasar-dasar suci dan mulia dan benar-benar cara dan sebaik-baik peraturan.
(2) Segala apa yang diperlukan oleh umat manusia meliputi aqidah kepercayaan, amal ibadah, adab sopan dan segala bentuk muamalat (kira bicara dan hubungan sesama manusia dalam bidang bisnis, perusahaan dan sebagainya).
(3) Segala peraturan yang menjamin adanya orang tunggal yang sempurna, keluarga yang mulia, masyarakat yang baik dan pemerintah yang adilHakikat ini dijelaskan oleh Allah Taala dalam ayat 15-16, Surat al-Maidah. Di antara maksud-maksudnya:
(1) Bahwa umat Muhammad saw, telah datang kepada mereka - dari Allah - Seorang selaku obor atau senter yang menerangi pandangan hati nurani manusia dan sebuah kitab al-Qur'an yang menyatakan segala yang dihajati oleh umat manusia untuk kesempurnaan dan kesentosaannya;
(2) Bahwa melalui Rasul dan Kitab yang tersebut, Allah Taala - dengan peraturan dan undang-rabi.
(A) Menunjukkan jalan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat:
Kepada siapa yang menerima dan menurut peraturan dan cara bawaan hidup yang diredhaiNya.
(B) Mengeluarkan manusia dari gelap gulita kufur, kebodohan, maksiat dan sebagainya: Kepada sinar iman, ilmu pengetahuan, amal ibadah dan hal-hal yang mulia.
(C) Memimpin manusia ke jalan yang tidak ada kekhawatiran sesat untuk siapa yang melaluinya dan tidak pula berat atau payah dijalani, iaitulah jalan - "As-Shiratal Mustaqin" - yang benar lurus.
Hakikat ini juga ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:
18 - Dari Ali, ra., Katanya: Ingatlah, aku telah mendengar Rasulullah saw, bersabda: "Beginilah, sesungguhnya akan terjadi kekacauan dan bencana yang besar". Aku bertanya: "Apakah caranya untuk menyelamatkan diri dari bencana itu, Ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "(Caranya adalah mematuhi ajaran) kitab Allah mengandung kisah-kisah perihal umat-umat - yang sebelum kamu dan berita hal-hal yang akan datang sesudah kamu, dan hukum-hukum tentang apa yang terjadi di antara kamu (kitab Allah al-Qur'an) dialah yang menjadi pemutus (antara yang benar dengan yang salah) bukan keterangan yang olok-olok; siapa saja dari kaum yang kesombongan, meninggalkannya (dengan tidak menurut hukumnya): akan ditimpa Allah dan siapa yang menemukan pertunjuk dari yang lainnya akan disesatkan oleh Allah; al-Quran adalah tali Allah yang teguh kokoh dan dialah pengajaran yang menjadi ikutan dan dialah juga As-Siratul Mustaqim (jalan yang lurus). Dialah kitab yang dengan sebab mematuhi ajarannya, hawa nafsu seseorang tidak akan menyimpang atau terpesong; dan dialah kitab yang kalimat-kalimatnya tidak akan saling mengganggu atau berkesamaran dengan kata-kata makhluk; dan alim ulama pula tidak merasa puas dari mempelajari isinya; (demikian juga) keindahan, kemanisan dan kelazatan membacanya tidak akan susut atau hilang meskipun ia dibaca dengan berulang-ulang dan isinya yang menakjubkan, tidak berkesudahan. Dialah kitab yang menjadikan sekelompok jin saat mendengarnya tidak tertahan hati menerimanya sehingga mereka memujinya dengan berkata "Sesungguhnya kami mendengar bacaan al-Qur'an yang - menakjubkan, yang menunjukkan jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya." (Demikian juga) siapa yang mengatakan sesuatu dengan berdasarkan kitab itu, benarlah perkataan; dan siapa yang beramal dengan ajarannya, diberikan pahala; dan siapa yang membuat keputusan berdasarkan hukum-hukumnya, adillah keputusan; dan siapa yang berdakwah agar masyarakat menurut ajaran-ajarannya, sudah tentu ia (dan mereka) mendapat hidayah petunjuk ke jalan yang lurus. "(Tirmidzi dan Darimi)
Firman Allah Taala, maksudnya: "Dan hendaklah kamu sekalian mematuhi kitab Allah Al-Qur'an .. (103, Ali-Imran).
".. Dan apapun perintah yang dibawa oleh Rasulullah kepada kamu, maka ambillah akan dia serta amalkan, dan apa yang dilarangnya kamu melakukannya maka patuhilah larangan ..." (7, Al-Hasyr).Hadis Ketiga
3 - Dari Zaid bin Arqam, r.a. katanya: Bahwa Rasulullah s.a.w.bersabda: "Kitab Allah Azza wa Jalla adalah tali Allah (sebab yang membawa kepada rahmat Allah), siapa yang menurutnya: Beradalah ia dalam hidayat pertunjuk yang sebenarnya dan (sebaliknya) siapa yang meninggalkannya: Beradalah ia dalam kesesatan." (Muslim)Hadis yang ketiga ini berisi:(1) Kitab Allah adalah jalan perhubungan seseorang dengan Allah.
(2) Nasib seseorang tergantung pada sesuai atau tidaknya akan kitab Allah.
Uraiannya:
Pertama - Kitab Allah Al-Qur'an Al-Karim:Allah S.W.T. Tuhan pencipta umat dan pencipta manusia khususnya. Manusia tidaklah seperti kondisi kayu dan batu, dan tidak seperti kondisi hewan-hewan yang lain, tetapi manusia adalah makhluk yang kejadiannya tersusun dari jasmani dan rohani, serta keadaan dengan sifat-sifat khusus dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.
Oleh itu maka tak patut manusia hanya tinggal manusia, tidak lebih dari itu, bahkan wajiblah ada perhubungannya dengan Allah penciptanya; maka jalan perhubungan seseorang dengan Allah itu tidak lain kecuali Al-Qur'an al-Karim. Di dalam Al-Qur'an ada keterangan-keterangan, ada tunjuk ajar untuk seseorang mencapai keamanan; ada yang berupa perintah, ada yang berupa larangan, apakah dalam bagian ibadah, maupun dalam bagian bidang-bidang kehidupan, yang wajib dipatuhi, di mana seseorang itu berada dan dalam zaman mana ia hidup, sampai hari kiamat.
Itulah sebabnya Al-Qur'an itu dianggap dengan "Tali Allah" yang teguh kokoh, siapa yang berpegang dengannya selamatlah dia, dan siapa yang mencuaikannya binasalah dia.
Kedua - Nasib seseorang dalam alam kehidupan:Hal nasib selalu dipertanyakan oleh setiap orang dalam setiap masa, lebih-lebih lagi dalam zaman sains dan teknologi mi.Mereka berusaha, mereka bertindak dengan tujuan memperbaiki dan membela nasibnya.
Tetapi meskipun, nasib yang mereka maksudkan itu tidak lebih dari nasib dalam kehidupan dunia saja, katalah pada senang atau susah, atau lain-lain lagi; semuanya sejauh dalam dunia, dengan tidak memandang ke akhirat - alam putusannya masing-masing; dan semuanya sesuai ukuran lahir semata-mata dengan tidak memandang kepada penilaian akhlak dan peri kemanusiaan; maka dengan sebab itulah dalam berusaha untuk memperbaiki dan membela nasib kerapkali terjadi invasi terhadap nasib orang lain, atau menyentuh harga diri sendiri atau diri orang lain.Adapun nasib yang dimaksudkan oleh agama adalah nasib yang meliputi kehidupan dunia dan akhirat sama, sedang manusia dengan pikirannya sendiri hanya dapat mengetahui hal jasmani dalam dunia ini, itupun kadarnya sangat terbatas; pada hal hakikat manusia bukanlah jasmani saja bahkan jasmani dan rohani sama; maka manusia meskipun seberapa bijak pikiran mereka tak bisa mengetahui dengan sahnya hal rohani itu, lebih-lebih lagi hal alam akhirat.Dengan yang demikian, maka untuk memperbaiki nasib dan mencapai kebahagiaan dunia akhirat, wajiblah seseorang itu menurut ajaran kitab Allah dan menjauhkan diri dan segala larangannya.
Hadis Keempat
4 - Dari Abu Hurairah, ra, dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda: "Aku tinggalkan di antara kamu dua hal yang kamu tidak sekali-kali akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnah Rasulullah," (saw) .(Imam Malik).
Hadis yang keempat ini berisi:(1) Pusaka Peninggalan Rasulullah s.a.w. yang abadi.(2) Kitab Allah dan sunnah Rasulullah s.a.w. menjamin keamanan umat manusia.
Uraiannya:
Pertama - Pusaka Peninggalan Rasulullah s.a.w.:Beliau tidak meninggalkan harta benda yang menjadi pusaka kepada ahli waris-warisnya. Sebagai seorang Rasul, beliau diberi mukjizat-mukjizat yang membuktikan kerasulannya dan mukjizat-mukjizat itu habis saat lalu waktunya, tidak dapat disaksikan oleh orang-orang kemudian, kecuali satu mukjizat yang kekal sampai hari kiamat, yang lebih berguna dari properti, bukan saja untuk waris-warisnya bahkan untuk seluruh umat dalam segala tempat dan segala zaman.
Peninggalannya itu adalah "Kitab Allah Al-Qur'an" yang diwahyukan kepadanya dan "Sunnah" nya yang meliputi, perkataannya, perbuatannya dan taqrirnya (ketiadaan larangannya).
Kedua - Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah s.a.w. menjamin keamanan umat manusia:
Jaminan keamanan yang diberikan melalui "Kitab Allah" dan "Sunnah Rasul-Nya itu adalah dengan jalan masing-masing menerapkan sendiri segala ajaran keduanya, menghalalkan apa yang dihalalkannya dan mengharamkan apa yang diharamkannya; bukan dengan jalan menyimpan keduanya di rumah untuk diambil berkat saja, bukan dengan jalan dibaca dengan tujuan yang lain dari mencari keridhaan Allah Azza wa Jalla dan bukan pula dengan cara menumpang praktek orang lain, walau pun di antara anak dengan ayah, atau di antara istri dengan suami; tidaklah seperti kondisi keamanan dalam alam nyata ini, yang biasanya seseorang yang lebih kekuasaannya bisa memberi perlindungan selamat kepada orang lain yang ia inginkan.
Usaha untuk mencapai keamanan yang sejati adalah mematuhi ajaran-ajaran kitab Allah dan jalan pimpinan Rasulullah saw
Hadis Kelima
5 - Dari Al-'Irbaadh bin Sariyah, ra, katanya: Rasulullah saw telah menasehati dan mahal kami, pada suatu hari lalu shalat Subuh, dengan satu nasihat dan peringatan yang sangat-sangat mendalam dan efektif, yang menjadikan (Pendengar-pendengar) meneteskan air mata dan membuat hati (mereka) gerun gementar. Lalu berkatalah salah seorang pria (di antara kami): "Sesungguhnya nasihat ini nasihat orang yang memberi selamat tinggal, maka apakah pesanan yang tuan hendak pesankan kepada kami Ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Aku berpesan kepada kamu dengan taqwa kepada Allah, dan mendengar serta taat kepada (pemerintah kamu) sekalipun ia seorang hamba bangsa Habsyi, karena sesungguhnya siapa di antara kamu yang hidup (setelah ku) akan melihat perselisihan yang banyak dan (dengan yang demikian) berjaga-jagalah kamu, tinggalkanlah dan hal-hal baru ( yang diada-adakan dalam agama), karena sesungguhnya hal-hal itu adalah sesat; oleh itu siapa di antara kamu yang berada dalam zaman terjadinya yang demikian, maka hendaklah ia menurut jalanku dan jalan khalifah-khalifah (ku) yang mendapat pimpinan lagi mendapat pertunjuk; berpegang teguhlah kamu kepada dengan seteguh-teguhnya. "
(Tirmidzi)
Menurut hadits Abu Daud, (Beliau bersabda): "Dan berjaga-jagalah kamu! Jauhkanlah diri dan hal-hal baru (yang diada-adakan dalam agama), karena sesungguhnya segala sesuatu yang diada-adakan) itu bid'ah dan tiap -tiap bid'ah itu sesat. "
Hadis yang kelima ini mengandung:(1) Rasulullah s.a.w. seorang anggota pidato yang amat bijaksana.(2) Dalam pidato-pidatonya, kerapkali Beliau berpesan agar bertaqwa dari terkena kemurkaan Allah.(3) Orang-orang Islam diwajibkan taat kepada pemerintah dengan tidak memandang kepada asal keturunannya.(4) Peringatan Beliau tentang terjadinya perselisihan di antara umat Islam.
(5) Jalan bawaan Rasulullah s.a.w. dan jalan pimpinan khalifah-khalifah Al Rashidin harus selalu dijadikan pedoman.Uraiannya:
Pertama - Rasulullah s.a.w. Seorang Anggota Pidato Yang Maha Bijaksana:Sebagai seorang Rasul yang terpilih, yang selalu mendapat pimpinan dari Allah melalui Jibril (as), sudah tentu nasihat-nasihat dan pengajaran Beliau mempengaruhi yang sangat-sangat mendalam dan mempengaruhi pendengar-pendengarnya, sehingga hati yang keras menjadi lembut, yang pengecut menjadi berani, dan yang cuai menjadi tekun, bertindak dengan sungguh- sungguh.
Kedua - Soal Taqwa:
Dalam pidatonya, beliau kerapkali berpesan agar bertaqwa dari terkena kemurkaan Allah"Taqwa" adalah cara memelihara dan menjaga diri dan lain-lainnya karena takut terkena apapun hal yang merusak atau yang cacat.
Kerusakan-kerusakan itu terkadang mengenal hidup di dunia, dan ada kalanya tentang hidup di akhirat.Untuk menjaga dan mengontrol kerusakan atau cacat hidup di dunia, harus dipelajari ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum kejadian alam serta diikuti dan dijalankan dengan sempurna.
Misalnya untuk mencegah kekalahan dan kerusakan dalam perjuangan, harus mengetahui cara-cara dan peraturan melawan musuh, dan menyediakan alat-alat perlengkapan yang diinginkan oleh kondisi dan zaman. Selain dan itu harus pula disertai dengan kekuatan rohani yaitu bersatu hati, tetap dan tabah serta bertawakal kepada Allah Taala.Demikian juga, untuk menjaga kerusakan atau cacat hidup di akhirat, harus mencegahnya dengan iman yang ikhlas, tauhid yang murni, dan amal yang saleh dan menjauhi segala yang bertentangan dengan semuanya itu, seperti bawaan syirik, perbuatan maksiat, dan akhlak yang memperburuk seseorang atau masyarakat .Pendeknya "Bertaqwa" adalah berusaha melakukan sebab-sebab yang dijadikan Tuhan untuk mencapai musababnya - Seperti beriman dan beramal saleh untuk mencapai nikmat kebahagiaan yang abadi di akhirat dan berusaha menurut jalan dan peraturan yang benar untuk mencapai kesuksesan di dunia.
Ketiga - Orang-orang Islam diwajibkan taat kepada pemimpin, sekalipun kepala itu dari golongan budak:Seseorang ketua, dengan sifatnya pemegang teraju pemerintahan negara, atau sebuah masyarakat, atau sebuah kantor, atau lainnya-lainnya, wajib dipatuhi oleh set! P orang yang di bawah perintahnya, selama tidak bertentangan dengan hukum-hukum Islam, sebagaimana yang dinyatakan oleh sebuah hadits, yang artinya:"Tidak harus mentaati seseorang makhluk dalam hal melanggar perintah Tuhan".
Patuh setia dan seluruh rakyat itu menjadikan segala urusan pemerintahan berjalan dengan baik, dapat memberikan hak-hak kepada tuan punya masing-masing menurut apa yang wajib.Kalau tidak, akan terjadilah berbagai huru-hara.Memandang kepada besarnya kepentingan taat setia terhadap kepala atau pemerintah, dan besarnya bencana ketiadaan taat setia itu maka Rasulullah saw wajibkan juga mematuhi meskipun kepala atau pemerintah itu dari golongan budak, jika ia dengan ilmu pengetahuannya berpeluang menjadi ketua, pada hal ketua atau pemerintah itu - selain dari ilmu pengetahuan yang melayakkannya - menurut dasar syariah harus dari keturunan yang mu1ia.
Keempat - Peringatan Beliau tentang terjadinya perselisihan di antara umat Islam:
Peringatan yang telah diberikan oleh Rasulullah saw telah terjadi dan menjadi kenyataan. Orang-orang Islam telah pun mengalami perselisihan antara mereka, apakah dalam soal-soal i'tikad kepercayaan dan amal ibadah, maupun dalam soal-soal politik, sehingga menyebabkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkanKelima - Perlunya kendali ke jalan bawaan Rasulullah SAW dan jalan pimpinan khalifah-khalifah Ar-Rasyidin:Sebagaimana perlunya pedoman dalam perjalanan atau pelayaran untuk menghindari sesat barat, maka demikianlah perlunya berdasarkan jalan bawaan Rasulullah dan jalan pimpinan khalifah-khalifah Al-Rasyidin dalam bawaan hidup seseorang sehari-hari, lebih-lebih lagi pada masa terjadinya perselisihan.Setelah memperingatkan tentang terjadinya sengketa di antara umatnya, Beliau iringi pula dengan pesanan agar mereka selalu berpatokan kepada jalannya dan jalan khalifah-khalifahnya, serta melarang keras dari melakukan hal-hal baru yang diada-adakan dalam agama - dengan berdasarkan akal pikiran semata-matadan keinginan hawa nafsu - karena buruk padahnya.Hadis Keenam
6 - Dari Abdullah bin 'Amr ra, katanya: Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya akan terjadi kepada umatku hal-hal yang benar-benar sama seperti apa yang telah terjadi pada Bani Israil, sehingga jika ada di antara mereka orang yang berzina dengan ibunya dengan berterang-terang, niscaya akan ada di antara umatku orang yang melakukan hal yang demikian; dan sesungguhnya Bani Israel telah terpecah belah menjadi tujuh puluh dua kelompok dan umatku pula akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga kelompok, semuanya (akan dilemparkan) dalam neraka kecuali satu kelompok saja ". Sahabat-sahabat beliau bertanya: "Siapa dia suku yang satu itu ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Suku itu adalah kelompok yang tetap di atas jalanku dan jalan sahabat-sahabatku." (Tirmidzi)
Menurut hadits Abu Daud, ada tambahan, yaitu: "Dan sesungguhnya akan timbul dalam kalangan umatku beberapa kaum yang dijalari oleh bahaya penyakit suka mengada-adakan bid'ah sebagaimana menjalarnya bahaya penyakit anjing gila pada korbannya - tidak ada satu urat atau satu sendi tubuhnya kecuali penyakit itu diterapkan menjalarinya. "Hadis yang keenam ini mengandung:
Penegasan Rasulullah s.a.w. tentang hal-hal buruk yang akan terjadi dalam kalangan umatnya yang wajib dijauhi, agar mereka tetap teguh menurut jalannya dan jalan sahabat-sahabatnya.Uraiannya:Hal-hal buruk yang diperingati oleh junjungan kita Nabi Muhammad SAW itu adalah:
Pertama - Umat Islam akan melakukan penyimpangan dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, seperti yang telah dilakukan oleh Bani Israel.
Beliau menyebutkan perihal Bani Israel ini karena penyelewengan mereka adalah seburuk-buruk contoh yang wajib dijauhi dan disingkirkan.
Meskipun mereka pada awalnya diberikan berbagai nikmat dan keistimewaan, diturunkan kepada mereka kitab-kitab suci, dan diutus kepada mereka beberapa banyak Nabi-nabi dan Rasul-rasul, tetapi kebanyakan mereka tetap kafir, dan terus melakukan berbagai kejahatan dan kekejaman di sepanjang -panjang sejarahnya. Mereka telah runtuh dan kekejaman di sepanjang-panjang sejarahnya.
Mereka telah runtuh akhlaknya, lenyap peri kemanusiaannya, dan terpecah belah ke berbagai kelompok dalam kepercayaan dan paham-pahamnya serta mengadakan berbagai trik untuk mengacaukan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agamanya.Merekalah juga yang telah menimbulkan dan mengembangkan berbagai isme atau paham, seperti ideologi komunisme, paham kapitalis dan lain-lainnya yang merusak ketentraman dan susunan masyarakat dan perekonomian negara-negara dunia yang dijalannya. Bahkan merekalah yang mengembangkan kebudayaan kuning yang lucah itu dan melanggar tata tertib dan kesopanan - melalui film-filmnya, koran-koran dan majalah-majalahnya, model-model pakaiannya, dan klub-klub malamnya, sehingga berhaklah mereka dilaknat oleh Allah Taala di dalam kitab -kitab sucinya, dilaknat oleh malaikat-malaikat, Rasul-Nya, dan seluruh umat manusia yang berperi kemanusiaan.
Beliau juga pernah memberi ingat dengan tegasnya - sebagaimana yang tersebut dalam salah satu hadisnya: Bahwa umatnya akan terpengaruh dan menjadi pak turut dengan buta tuli kepada segala apa yang datang dari kaum Yahudi dan Nasrani.
Beliau menyebutkan secara khusus kedua kaum itu, karena mereka, selain diberikan kitab-kitab dan diutus rasul-rasul yang memimpin mereka, mereka saja yang berpengaruh dan banyak permusuhannya pada zaman Beliau. Kalau kaum-kaum yang diberikan kitab dan pimpinan itu diingatkan kita jangan terpengaruh pada penyelewengannya, maka kaum-kaum yang tidak diberi kitab dan tidak pula menerima pimpinan, lebih-lebih lagi wajib kita menolak bulat-bulat segala apa yang mereka sogok-sogokkan ke kita dari hal-hal yang bertentangan dengan dasar-dasar Islam kita seperti yang kita saksikan pada zaman kita ini - dari kaum-kaum Majusi, Komunis, Etheis dan lain-lainnya.
Apa yang telah diperingatkan oleh Rasulullah saw tentang penyelewengan yang akan terjadi dalam kalangan umatnya itu sudah terjadi dan menjadi kenyataan. Sebagaimana yang disaksikan sekarang ada di antara orang-orang Islam yang suka meniru bulat-bulat apa yang datang dari orang-orang yang bukan Islam, meskipun hal-hal yang ditiru itu bertentangan dengan ajaran dan akhlak Islam.
Di antara hal-hal itu adalah perbuatan setengah perempuan-perempuan Islam yang - selain tidak mematuhi perintah Al-Qur'an menyuruh mereka menutup kepala meliputi belahan leher bajunya - mereka membesarkan hiasan kepalanya dengan berbagai cara yang di antaranya menggunakan rambut- rambut palsu. Ada pula yang menghaluskan bulu keningnya. Ada juga yang berpakaian tetapi mereka seolah-olah telanjang karena nipisnya dan tidak menutup aurat. Ada juga yang berjalan di muka umum dengan cara yang tidak sopan seperti lagak perempuan-perempuan jahat. Ada pula di antara mereka yang memakai pakaian pria dan ada yang berlagak seperti pria, sedang segala perbuatan yang demikian adalah dikutuk oleh Islam.Selain dari itu, ada wanita-wanita yang rela dipamirkan badannya, yang menggunakan pakaian yang sempit dan singkat, mengungkapkan aurat, sengaja memperlihatkan bentuk tubuh, dan lain-lain lagi yang bertentangan dengan hukum dan kesopanan Islam.
Ada pula di antaranya yang keluar dan rumahnya dengan menggunakan berbagai perhiasan yang menarik perhatian, dengan menggunakan berjenis-jenis bedak muka dan lipstik, dan memakai bau-bauan yang harum di hal semuanya itu - seperti juga segala perhiasan yang lain - hanya ditentukan dan didorongoleh agama agar dilakukan di rumah khususnya untuk suaminya.
Wanita-wanita Islam dilarang memperlihatkan hiasan tubuhnya kecuali kepada suami dan orang-orang lelaki yang menjadi mahramnya dan orang-orang yang tertentu, seperti yang tersebut di dalam Al-Qur'an al-Karim (Ayat 31, Surah Al-Nur).Demikian juga halnya hal-hal buruk yang terjadi dalam kalangan kaum pria. Ada di antara orang-orang lelaki Islam yang telah hilang langsung perasaan cemburunya terhadap istrinya dan perempuan-perempuan yang di bawah jagaannya, sehingga dia hampir-hampir bersifat dengan sifat orang "Dayus" yang dikutuk oleh Islam dan dilarang oleh Allah dari masuk surga, sepertisikapnya membiarkan istrinya atau perempuan-perempuan yang di bawah jagaannya bebas keluar, bebas bercampur aduk dengan orang-orang lelaki yang bukan mahramnya, bebas dipeluk oleh pria asing dalam pesta-pesta tari menari, dan sebagainya.
Ada pula pria yang berlagak dan berhias seperti perempuan, dan yang memakai pakaian perempuan. Semuanya itu, apakah yang dilakukan oleh kaum pria atau kaum perempuan adalah haram dan dikutuk sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam banyak hadits-haditsnya, serta menyatakan kemelaratan masing-masing, sehingga ditegaskan ada di antara mereka yang melakukan hal-hal buruk itu, bukan saja tidak akan masuk surga, bahkan tidak dapat mencium baunya, sedang bau surga tersedia dan jarak yang jauh .
Kedua - Akan terjadi perpecahan dalam kalangan umat Islam tentang akidah kepercayaan dan praktek agama, seperti yang telah terjadi pada Bani Israel, pada hal perpecahan yang demikian bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya, dan semua suku yang terpecah itu salah dan sesat belaka, kecuali satu saja, yaitu suku yang tetap menurut jalan pimpinan Rasulullah saw dan bawaan sahabat-sahabatnya, dengan tidak mengurangi, berlebihan, atau menyimpang sedikit pun.
Selain dan itu, menurut tambahan yang ada pada hadis Abu Daud yang tersebut, Beliau mengingatkan bahwa akan timbul dalam kalangan umatnya beberapa kelompok yang dijalari oleh bahaya penyakit hawa nafsu suka mengurangi, berlebihan, atau menyimpang dari yang sebenarnya, seperti menjalarnya bahaya penyakit anjing gila kepada korbannya.Memori yang tegas dan jelas yang diberikan oleh beliau itu, adalah agar umatnya tetap menurut jalan pimpinannya dan bawaan sahabat-sahabatnya.
No comments:
Post a Comment