Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah satu keharusan untuk kita kaum muslimin.Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.
Sebenarnya banyak ayat Al-Quran dan As-Sunnah yang memerintahkan kita agar menuntut ilmu dan kelebihan-kelebihan menuntut ilmu itu.
Maksud firman Allah s.w.t:
"Maka tanya oleh mu akan orang yang ahli zikri (orang yang alim) jika kamu tidak mengetahui".
Maksud sabda Rasulullah sww pula yang berarti:"Sesungguhnya sesuatu bab dari ilmu yang dipelajari oleh seorang pria terlebih baik baginya dari dunia dan apa yang ada di dalamnya"
Selain itu ada juga hadits-hadits yang menceritakan tentang fadhilat-fadhilat menuntut ilmu itu yang menjadi lebih baik dari ibadah kita (ibadah sunnah) sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw artinya:
"Demi Tuhan bahwa jika kamu pergi menuntut ilmu dari sesuatu bab terlebih baik dari kamu shalat seratus rakaat,"
Selain itu, banyak hadis yang disabdakan oleh Rasulullah saw tentang kematian untuk orang-orang yang sedang menuntut ilmu antaranya:
"Barangsiapa yang mati di dalam kondisi menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka dia berada di dalam surga kelak satu derajat dengan para nabi."
Rasulullah saw juga telah menggariskan beberapa tingkat kelebihan ilmu dengan sabda Beliau,"Sesungguhnya ilmu itu adalah umpama gedung dan anak kuncinya adalah pertanyaan."
Empat jenis golongan yang diberikan pahala di dalam menuntut ilmu ini, yaitu:
Golongan yang sulit bertanya akan sesuatu ilmuKaum pengajar atau orang yang mengetahui sesuatu ilmu dan mengajar kepada orang lain
Golongan yang yang mendengar orang yang mengajar ilmuGolongan orang yang suka dan kasih akan majelis ilmu.Jika kita teliti pada kepentingan ilmu seperti yang telah dijelaskan di atas, maka seharusnya untuk kita sebagai "Ummah Terbaik" memanfaatkan yang berharga di dalam kehidupan ini untuk memacu perburuan ilmu itu. Maka menuntut ilmu itu tidak memperhitungkan usia apakah seseorang itu muda atau tua, pria atau perempuan semua dianjurkan menuntut ilmu.
Adab Menuntut Ilmu Agama
Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab-adab tersebut di antaranya adalah:
Ikhlas dalam menuntut ilmu.
Seperti praktek-praktek yang lain, langkah yang pertama adalah keikhlasan diri. Langkah ini merupakan faktor yang sangat penting sehingga Rasulullah telah memperingatkan: Maksud hadits riwayat Ibn Hibban dan ia dinilai shahih oleh Syu'aib al-Arna'uth dalam semakannya ke atas Shahih Ibn Hibban (Muassasah al-Risalah, Beirut, 1997), hadits no: 78"Siapa yang mempelajari satu ilmu yang seharusnya dilakukan karena mencari Wajah Allah, namun dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan keuntungan duniawi, maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat."
Oleh karena itu dalam sebuah hadits yang lain, beliau mengingatkan: Maksud hadits riwayat Ibn Hibban dengan para perawi yang terpercaya lagi shahih, demikian terang Syu'aib al-Arna'uth dalam semakannya ke atas Shahih Ibn Hibban, hadits no: 77
"Jangan mempelajari ilmu untuk berbangga-bangga di hadapan para ulama ', atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh, atau untuk memilih majelis yang terbaik (demi mendapat pujian orang). Siapa melakukan hal itu maka nerakalah tempatnya. "
Siapa yang memiliki niat dan tujuan yang benar seperti pada, dia tidak sekali-kali akan terkalah dengan berbagai cobaan dan fitnah yang mungkin dihadapinya dalam rangka memahami agama Islam. Ini karena: Maksud surat Muhammad, ayat 7
"Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (agama) Allah niscaya Allah membela kamu dan meneguhkan situs pendirian kamu."
Positif dan Yakin kepada diri sendiri
Sikap yang positif dan keyakinan diri adalah faktor yang penting untuk mencapai sesuatu tujuan. Faktor ini tidak terpisah untuk siapa yang ingin memahami agama yang dicintai ini. Bahkan ketahuilah bahwa siapa yang berusaha dengan ikhlas untuk tujuan ini, maka Allah akan membimbingnya, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
"Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh karena memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami; dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah beserta orang-orang yang berbuatbaik."[Al-Ankabut, ayat 69]
"Pimpinan" Allah bisa ada dalam berbagai bentuk, seperti dipertemukan dengan guru yang benar, ditunjuki kepada buku dari penulis yang jujur, dipersahabatkan dengan orang-orang yang shalih, dibimbing ke subjek-subjek yang sesuai tertib kepentingannya dan ditanam dalam dirinya akhlak yang mulia saat berinteraksi dengan ilmu agama. Oleh itu janganlah merasa ragu-ragu atau rendah diri untuk berusaha memahami agama Islam. Yakinilah bahwa Allah akan memimpinnya selama dia ikhlas dan sungguh-sungguh.
Bersiaplah untuk melakukan pengorbanan.Tidak ada jalan pintas (short cut) untuk memahami agama Islam, maka janganlah mengharapkan pemahaman dalam agama secara langsung atau melalui jalan yang mudah. Sebaliknya harus siap untuk melakukan banyak pengorbanan dari sudut energi, waktu, keuangan dan kehidupan. Proses menuntut ilmu memang membutuhkan banyak pengorbanan dan hal ini diketahui oleh Rasulullah. Oleh itu beliau menjanjikan imbalan yang besar kepada siapa yang melakukan pengorbanan tersebut dengan bersabda, maksudnya:
"Siapa yang menempuh satu jalan karena menemukan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga."[Riwayat Muslim dalam Shahihnya (penomoran Fu'ad Abdul-Baqi), hadits no: 2699].
Pengorbanan dari sudut energi dan waktu adalah berusaha untuk ke kelas-kelas religius sekalipun kesibukan atau kelelahan dengan kuliah di universitas atau kerja di kantor. Pengorbanan finansial adalah membelanjakan uang untuk membeli buku-buku agama yang berkualitas. Ini adalah pengorbanan yang tidak bisa ditinggalkan, dimana setiap yang ingin memahami agama Islam harus mencintai buku dan berusaha membangun koleksi buku-buku agama atau perpustakaan pribadi yang tersendiri.
Namun di antara semua pengorbanan, yang terbesar adalah modifikasi gaya hidup. Tidur harus dikurangi, gizi makanan harus dijaga dan aktivitas harian yang sia-sia harus dihindari. Sadar atau tidak, ada banyak aktivitas harian yang sebenarnya adalah sia-sia seperti mengikuti acara olahraga, membaca koran harian, menonton televisi dan berbicara kosong.
Semua ini harus diubah ke berolahraga demi menjaga kesehatan, menelaah koran harian sekedar mencari laporan yang akan, membatasi tontonan televisi pada dokumenter yang ilmiah dan ngobrol sekedar menyampaikan nasihat. Modifikasi ini akan membuka banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk memahami agama Islam.
Tidak mengenal titik noktah.Semua orang yang melazimkan diri berinteraksi dengan ilmu akan mengetahui bahwa ia selalu dinamis tanpa mengenal titik noktah. Maka demikianlah juga seharusnya sikap setiap muslimin dan muslimah yang ingin menemukan pemahaman agama. Tidak bisa berkata "Saya sudah habis belajar agama" atau "Saya sudah paham Islam". Sebaliknya harus selalu mengkaji dan menganalisa karena ilmu agama juga adalah selalu dinamis. Seperti kata pepatah:
"Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat."
Pertama: Saat ini ada banyak ajaran yang menyimpang, setiap darinya berlindung di balik slogan "Ahli Sunnah Wal Jamaah" agar terlihat berada di atas jalan yang benar. Seandainya seseorang itu tergelincir dalam salah satu dari ajaran yang menyimpang, sikap dinamiknya yang selalu mengkaji dan menganalisa akan mengeluarkan dirinya dari ajaran tersebut kepada ajaran yang benar.
Kedua: Seseorang yang berusaha memahami agama akan melalui beberapa tahap, dari tahap kebudak-budakan sampai ke tingkat kedewasaan. Ini karena dalam rangka melakukan penelitian, dia akan menemukan banyak hal baru yang tidak pernah diketahuinya sebelum itu. Temuan ini akan menghasilkan semangat baru dalam dirinya. Ada kemungkinan yang besar semangat tersebut akan mengarah dirinya kepada sikap merasa dirinya sangat berilmu (ujub), memandang rendah para ulama 'dan mudah menghukum orang yang tidak sependapat dengannya. Inilah sikap kebudak-budakan yang saya maksudkan.
Di sini manhaj dinamis amatlah perlu dimana sikap yang selalu mengkaji dan menganalisa akan mengalihkan seseorang dari tingkat kebudakan-budakan ke tingkat kedewasaan. Tingkat kedewasaan akan mengarah kepada sikap merendahkan diri berdasarkan keinsafan bahwa ilmu agama sebenarnya sangat luas, sikap menghormati para 'ulama berdasarkan kesadaran bahwa ada banyak faktor lain yang mereka pertimbangkan dan terbuka kepada dialog berdasarkan mata yang melek ke hakikat berbeda pendapat adalah fitrah manusia.
Mengamalkan ilmu.Usaha untuk memahami agama Islam bukanlah sekedar class room discussion, akan tetapi ia adalah untuk diamalkan. Ilmu tanpa amal adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak melakukannya! Amat besar kebencian di sisi Allah - kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya. "[Al-Saff, ayat 2-3]
Sebaliknya orang yang mengamalkan ilmunya akan ditambahi oleh Allah dengan ilmu dalam berbagai bentuk. Orang yang berusaha memahami agama Islam akan meningkat keimanannya dan iman itu sendiri adalah apa yang dibuktikan dengan hati, lidah dan perbuatan. Keimanan seperti ini akan ditambahi oleh Allah dengan hidayah-Nya, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
"... ... Sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahkan mereka dengan hidayah."[Maksud surat al-Kahf, ayat 13]
Orang yang mengamalkan ilmu ini berarti mengamalkan hidayah yang Allah karuniakan kepadanya, meningkatkan ketaqwaannya, maka dengan itu Allah akan mengaruniakan kepadanya al-Furqan yang memungkinkan dia membedakan antara yang benar dan batil. Allah akan juga menambah Rahmat-Nya dan memberikannya cahaya untuk terus berada pada jalan yang benar. Perhatikan dua firman Allah berikut yang berarti:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia mengadakan untuk kamu (al-Furqan) yang membedakan antara yang benar dengan yang salah, dan menghapus dosa-, dan mengampuni (dosa-dosa) kamu. Dan Allah (memang) memiliki karunia yang besar. "[Al-Anfal, ayat 29]
Berhubung dengan orang yang berhubungan dengan ilmu.Siapa kita berhubungan, siapa kita berteman, memiliki pengaruh yang besar pada karakter diri kita sendiri. Rasulullah pernah mengingatkan, maksudnya:
"Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk hanyalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku api seorang tukang besi. Untuk pembawa minyak wangi, bisa jadi apakah dia memberinya kepada kamu (parfum) atau kamu membeli darinya (parfum) atau kamu mendapatkan bau harum darinya. Untuk peniup tungku api seorang tukang besi, bisa jadi apakah ia akan membakar pakaian kamu (karena efek tiupan api) atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap dari (bau besi). "
[Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadits no: 2628].Maka barangsiapa yang berusaha untuk memahami agama Islam harus selalu berhubungan dengan orang-orang yang perhubungannya selalu bersama ilmu. Mereka adalah orang-orang yang perhatiannya selalu ke al-Qur'an dan al-Sunnah yang shahih, usahanya selalu kepada mempelajari kitab-kitab peninggalan para ulama 'dan pemikirannya selalu ke arah memperbaiki kondisi umat Islam dan menjaga kemurnian agama Islam.
Di antara mereka adalah para alim ulama 'dan guru-guru, maka harus memuliakan mereka, mendengarkan nasihat mereka dan mengikuti jejak mereka. Seandainya mereka berbuat salah, harus menasehati mereka secara sopan dan tersembunyi, tidak secara kasar dan terbuka kepada publik. Di antara mereka adalah orang-orang yang dalam proses memahami agama Islam, maka harus membuat mereka sebagai teman akrab, selalu meluangkan waktu berbagi ilmu, bertukar pendapat dan saling menasehati.
Berdoa kepada Allah.Setiap usaha harus diikuti dengan doa dan usaha untuk memahami agama Islam tidak terpisah dari adab ini. Maka harus berdoa kepada Allah dan sebaik-baik doa adalah apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Antaranya:
"Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat. "[Maksud surat al-Fatihah, ayat 6-7]
Demikian tujuh adab yang dapat saya ringkaskan dari sekian banyak adab untuk menuntut ilmu. Diharapkan adab-adab di atas akan untuk setiap orang, termasuk diri saya sendiri. Selain tujuh adab tersebut, setiap orang yang berusaha untuk memahami agama Islam harus waspada pada unsur-unsur yang bisa merusaknya. Unsur-unsur tersebut akan saya jelaskan dalam tulisan berikutnya insya-Allah.
Menuntut ilmu adalah satu keharusan untuk kita kaum muslimin.Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.
Sebenarnya banyak ayat Al-Quran dan As-Sunnah yang memerintahkan kita agar menuntut ilmu dan kelebihan-kelebihan menuntut ilmu itu.
Maksud firman Allah s.w.t:
"Maka tanya oleh mu akan orang yang ahli zikri (orang yang alim) jika kamu tidak mengetahui".
Maksud sabda Rasulullah sww pula yang berarti:"Sesungguhnya sesuatu bab dari ilmu yang dipelajari oleh seorang pria terlebih baik baginya dari dunia dan apa yang ada di dalamnya"
Selain itu ada juga hadits-hadits yang menceritakan tentang fadhilat-fadhilat menuntut ilmu itu yang menjadi lebih baik dari ibadah kita (ibadah sunnah) sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw artinya:
"Demi Tuhan bahwa jika kamu pergi menuntut ilmu dari sesuatu bab terlebih baik dari kamu shalat seratus rakaat,"
Selain itu, banyak hadis yang disabdakan oleh Rasulullah saw tentang kematian untuk orang-orang yang sedang menuntut ilmu antaranya:
"Barangsiapa yang mati di dalam kondisi menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka dia berada di dalam surga kelak satu derajat dengan para nabi."
Rasulullah saw juga telah menggariskan beberapa tingkat kelebihan ilmu dengan sabda Beliau,"Sesungguhnya ilmu itu adalah umpama gedung dan anak kuncinya adalah pertanyaan."
Empat jenis golongan yang diberikan pahala di dalam menuntut ilmu ini, yaitu:
Golongan yang sulit bertanya akan sesuatu ilmuKaum pengajar atau orang yang mengetahui sesuatu ilmu dan mengajar kepada orang lain
Golongan yang yang mendengar orang yang mengajar ilmuGolongan orang yang suka dan kasih akan majelis ilmu.Jika kita teliti pada kepentingan ilmu seperti yang telah dijelaskan di atas, maka seharusnya untuk kita sebagai "Ummah Terbaik" memanfaatkan yang berharga di dalam kehidupan ini untuk memacu perburuan ilmu itu. Maka menuntut ilmu itu tidak memperhitungkan usia apakah seseorang itu muda atau tua, pria atau perempuan semua dianjurkan menuntut ilmu.
Adab Menuntut Ilmu Agama
Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab-adab tersebut di antaranya adalah:
Ikhlas dalam menuntut ilmu.
Seperti praktek-praktek yang lain, langkah yang pertama adalah keikhlasan diri. Langkah ini merupakan faktor yang sangat penting sehingga Rasulullah telah memperingatkan: Maksud hadits riwayat Ibn Hibban dan ia dinilai shahih oleh Syu'aib al-Arna'uth dalam semakannya ke atas Shahih Ibn Hibban (Muassasah al-Risalah, Beirut, 1997), hadits no: 78"Siapa yang mempelajari satu ilmu yang seharusnya dilakukan karena mencari Wajah Allah, namun dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan keuntungan duniawi, maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat."
Oleh karena itu dalam sebuah hadits yang lain, beliau mengingatkan: Maksud hadits riwayat Ibn Hibban dengan para perawi yang terpercaya lagi shahih, demikian terang Syu'aib al-Arna'uth dalam semakannya ke atas Shahih Ibn Hibban, hadits no: 77
"Jangan mempelajari ilmu untuk berbangga-bangga di hadapan para ulama ', atau untuk berdebat dengan orang-orang bodoh, atau untuk memilih majelis yang terbaik (demi mendapat pujian orang). Siapa melakukan hal itu maka nerakalah tempatnya. "
Siapa yang memiliki niat dan tujuan yang benar seperti pada, dia tidak sekali-kali akan terkalah dengan berbagai cobaan dan fitnah yang mungkin dihadapinya dalam rangka memahami agama Islam. Ini karena: Maksud surat Muhammad, ayat 7
"Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (agama) Allah niscaya Allah membela kamu dan meneguhkan situs pendirian kamu."
Positif dan Yakin kepada diri sendiri
Sikap yang positif dan keyakinan diri adalah faktor yang penting untuk mencapai sesuatu tujuan. Faktor ini tidak terpisah untuk siapa yang ingin memahami agama yang dicintai ini. Bahkan ketahuilah bahwa siapa yang berusaha dengan ikhlas untuk tujuan ini, maka Allah akan membimbingnya, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
"Dan orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh karena memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami; dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah adalah beserta orang-orang yang berbuatbaik."[Al-Ankabut, ayat 69]
"Pimpinan" Allah bisa ada dalam berbagai bentuk, seperti dipertemukan dengan guru yang benar, ditunjuki kepada buku dari penulis yang jujur, dipersahabatkan dengan orang-orang yang shalih, dibimbing ke subjek-subjek yang sesuai tertib kepentingannya dan ditanam dalam dirinya akhlak yang mulia saat berinteraksi dengan ilmu agama. Oleh itu janganlah merasa ragu-ragu atau rendah diri untuk berusaha memahami agama Islam. Yakinilah bahwa Allah akan memimpinnya selama dia ikhlas dan sungguh-sungguh.
Bersiaplah untuk melakukan pengorbanan.Tidak ada jalan pintas (short cut) untuk memahami agama Islam, maka janganlah mengharapkan pemahaman dalam agama secara langsung atau melalui jalan yang mudah. Sebaliknya harus siap untuk melakukan banyak pengorbanan dari sudut energi, waktu, keuangan dan kehidupan. Proses menuntut ilmu memang membutuhkan banyak pengorbanan dan hal ini diketahui oleh Rasulullah. Oleh itu beliau menjanjikan imbalan yang besar kepada siapa yang melakukan pengorbanan tersebut dengan bersabda, maksudnya:
"Siapa yang menempuh satu jalan karena menemukan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga."[Riwayat Muslim dalam Shahihnya (penomoran Fu'ad Abdul-Baqi), hadits no: 2699].
Pengorbanan dari sudut energi dan waktu adalah berusaha untuk ke kelas-kelas religius sekalipun kesibukan atau kelelahan dengan kuliah di universitas atau kerja di kantor. Pengorbanan finansial adalah membelanjakan uang untuk membeli buku-buku agama yang berkualitas. Ini adalah pengorbanan yang tidak bisa ditinggalkan, dimana setiap yang ingin memahami agama Islam harus mencintai buku dan berusaha membangun koleksi buku-buku agama atau perpustakaan pribadi yang tersendiri.
Namun di antara semua pengorbanan, yang terbesar adalah modifikasi gaya hidup. Tidur harus dikurangi, gizi makanan harus dijaga dan aktivitas harian yang sia-sia harus dihindari. Sadar atau tidak, ada banyak aktivitas harian yang sebenarnya adalah sia-sia seperti mengikuti acara olahraga, membaca koran harian, menonton televisi dan berbicara kosong.
Semua ini harus diubah ke berolahraga demi menjaga kesehatan, menelaah koran harian sekedar mencari laporan yang akan, membatasi tontonan televisi pada dokumenter yang ilmiah dan ngobrol sekedar menyampaikan nasihat. Modifikasi ini akan membuka banyak waktu luang yang dapat dimanfaatkan untuk memahami agama Islam.
Tidak mengenal titik noktah.Semua orang yang melazimkan diri berinteraksi dengan ilmu akan mengetahui bahwa ia selalu dinamis tanpa mengenal titik noktah. Maka demikianlah juga seharusnya sikap setiap muslimin dan muslimah yang ingin menemukan pemahaman agama. Tidak bisa berkata "Saya sudah habis belajar agama" atau "Saya sudah paham Islam". Sebaliknya harus selalu mengkaji dan menganalisa karena ilmu agama juga adalah selalu dinamis. Seperti kata pepatah:
"Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat."
Pertama: Saat ini ada banyak ajaran yang menyimpang, setiap darinya berlindung di balik slogan "Ahli Sunnah Wal Jamaah" agar terlihat berada di atas jalan yang benar. Seandainya seseorang itu tergelincir dalam salah satu dari ajaran yang menyimpang, sikap dinamiknya yang selalu mengkaji dan menganalisa akan mengeluarkan dirinya dari ajaran tersebut kepada ajaran yang benar.
Kedua: Seseorang yang berusaha memahami agama akan melalui beberapa tahap, dari tahap kebudak-budakan sampai ke tingkat kedewasaan. Ini karena dalam rangka melakukan penelitian, dia akan menemukan banyak hal baru yang tidak pernah diketahuinya sebelum itu. Temuan ini akan menghasilkan semangat baru dalam dirinya. Ada kemungkinan yang besar semangat tersebut akan mengarah dirinya kepada sikap merasa dirinya sangat berilmu (ujub), memandang rendah para ulama 'dan mudah menghukum orang yang tidak sependapat dengannya. Inilah sikap kebudak-budakan yang saya maksudkan.
Di sini manhaj dinamis amatlah perlu dimana sikap yang selalu mengkaji dan menganalisa akan mengalihkan seseorang dari tingkat kebudakan-budakan ke tingkat kedewasaan. Tingkat kedewasaan akan mengarah kepada sikap merendahkan diri berdasarkan keinsafan bahwa ilmu agama sebenarnya sangat luas, sikap menghormati para 'ulama berdasarkan kesadaran bahwa ada banyak faktor lain yang mereka pertimbangkan dan terbuka kepada dialog berdasarkan mata yang melek ke hakikat berbeda pendapat adalah fitrah manusia.
Mengamalkan ilmu.Usaha untuk memahami agama Islam bukanlah sekedar class room discussion, akan tetapi ia adalah untuk diamalkan. Ilmu tanpa amal adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak melakukannya! Amat besar kebencian di sisi Allah - kamu mengatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya. "[Al-Saff, ayat 2-3]
Sebaliknya orang yang mengamalkan ilmunya akan ditambahi oleh Allah dengan ilmu dalam berbagai bentuk. Orang yang berusaha memahami agama Islam akan meningkat keimanannya dan iman itu sendiri adalah apa yang dibuktikan dengan hati, lidah dan perbuatan. Keimanan seperti ini akan ditambahi oleh Allah dengan hidayah-Nya, sebagaimana firman-Nya yang artinya:
"... ... Sesungguhnya mereka itu orang-orang muda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambahkan mereka dengan hidayah."[Maksud surat al-Kahf, ayat 13]
Orang yang mengamalkan ilmu ini berarti mengamalkan hidayah yang Allah karuniakan kepadanya, meningkatkan ketaqwaannya, maka dengan itu Allah akan mengaruniakan kepadanya al-Furqan yang memungkinkan dia membedakan antara yang benar dan batil. Allah akan juga menambah Rahmat-Nya dan memberikannya cahaya untuk terus berada pada jalan yang benar. Perhatikan dua firman Allah berikut yang berarti:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia mengadakan untuk kamu (al-Furqan) yang membedakan antara yang benar dengan yang salah, dan menghapus dosa-, dan mengampuni (dosa-dosa) kamu. Dan Allah (memang) memiliki karunia yang besar. "[Al-Anfal, ayat 29]
Berhubung dengan orang yang berhubungan dengan ilmu.Siapa kita berhubungan, siapa kita berteman, memiliki pengaruh yang besar pada karakter diri kita sendiri. Rasulullah pernah mengingatkan, maksudnya:
"Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk hanyalah seperti pembawa minyak wangi dan peniup tungku api seorang tukang besi. Untuk pembawa minyak wangi, bisa jadi apakah dia memberinya kepada kamu (parfum) atau kamu membeli darinya (parfum) atau kamu mendapatkan bau harum darinya. Untuk peniup tungku api seorang tukang besi, bisa jadi apakah ia akan membakar pakaian kamu (karena efek tiupan api) atau kamu mendapatkan bau yang tidak sedap dari (bau besi). "
[Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadits no: 2628].Maka barangsiapa yang berusaha untuk memahami agama Islam harus selalu berhubungan dengan orang-orang yang perhubungannya selalu bersama ilmu. Mereka adalah orang-orang yang perhatiannya selalu ke al-Qur'an dan al-Sunnah yang shahih, usahanya selalu kepada mempelajari kitab-kitab peninggalan para ulama 'dan pemikirannya selalu ke arah memperbaiki kondisi umat Islam dan menjaga kemurnian agama Islam.
Di antara mereka adalah para alim ulama 'dan guru-guru, maka harus memuliakan mereka, mendengarkan nasihat mereka dan mengikuti jejak mereka. Seandainya mereka berbuat salah, harus menasehati mereka secara sopan dan tersembunyi, tidak secara kasar dan terbuka kepada publik. Di antara mereka adalah orang-orang yang dalam proses memahami agama Islam, maka harus membuat mereka sebagai teman akrab, selalu meluangkan waktu berbagi ilmu, bertukar pendapat dan saling menasehati.
Berdoa kepada Allah.Setiap usaha harus diikuti dengan doa dan usaha untuk memahami agama Islam tidak terpisah dari adab ini. Maka harus berdoa kepada Allah dan sebaik-baik doa adalah apa yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Antaranya:
"Tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat. "[Maksud surat al-Fatihah, ayat 6-7]
Demikian tujuh adab yang dapat saya ringkaskan dari sekian banyak adab untuk menuntut ilmu. Diharapkan adab-adab di atas akan untuk setiap orang, termasuk diri saya sendiri. Selain tujuh adab tersebut, setiap orang yang berusaha untuk memahami agama Islam harus waspada pada unsur-unsur yang bisa merusaknya. Unsur-unsur tersebut akan saya jelaskan dalam tulisan berikutnya insya-Allah.
No comments:
Post a Comment