Badi'uzzaman Sa'id Nursi
Setelah enam ratus tahun bertapak sebagai sebuah kerajaan agung, sejarah menyaksikan detik detik puncak kelemahan Pemerintah Utsmaniyah. Sebenarnya detik yang terjadi disekitar awal abad ke 14H itu, diancam oleh berbagai serangan internal dan eksternal secara terorganisir.
Detik tanggal tahun 1924, merupakan sejarah hitam buat Pemerintah Utsmaniyah ketika Kamal Ataturk menguasai Turki.Sistem Khalifah yang menjadi tengara Kekuatan negara Islam, mansuh akibat pengaruh Barat pimpinannya.
Pada saat itulah muncul tokoh ilmuwan paling komplit dalam sejarah Turki yakni Badi'uzzaman Sa'id Nursi. Ia telah menghabiskan seluruh kehidupannya demi perjuangan untuk mengembalikan keagungan Islam yang musnah itu. Ketika itu, agama dilihat sebagai faktor kemunduran dan kelemahan umat.Paham sekularisme, materialisme, dan atheisme pula diterima baik oleh masyarakat lokal atas nama kebebasan dan kemajuan.Badi'uzzaman atau nama sebenarnya Sa'id bin Mirza dilahirkan pada tahun 1876 (1294H) di Nurs, sebuah desa kecil di daerah Khizan, Turki. Ia juga dikenal sebagai Sa'id al-Nursi yang merujuk pada tempat kelahirannya.
Nursi dilahirkan dalam sebuah keluarga petani yang hidup serba sederhana. Ibu dan bapaknya keturunan Kurdi dan mereka berasal dari silsilah keturunan Ahl dl-Bayt. Nursi pernah diberi gelar Badi'azzaman (Keunggulan Zaman) oleh gurunya, Syaikh Fathu'llah.
Namun Nursi menolak karena merasa belum layak menerima gelar itu. Sejak kecil lagi Nursi telah memperlihatkan minatnya untuk menimba ilmu pengetahuan. Ia sangat gemar menghadiri acara diskusi ilmu antara ulama yang sering diadakandi rumah ayahnya. Suasana keilmuan ini memberikan pengaruh yang besar pada jiwa dan pemikiran Nursi.
Minatnya itu menyuburkan pemikiran analisis-kritis, dialog, dan perdebatan.Nursi mulai merantau ketika umurnya sembilan tahun dalam usahanya untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan banyak alim ulama termasuk Syeikh Muhammad al-Jalali di Madrasah Bayazid berbatasan Iran. Di bawah bimbingan Syaikh Muhammad al-Jalali, Nursi telah mempelajari dan menguasai kitab-kitab muktabar seperti Jam 'al-Jawami, Sharh al-M.awaqif, dan Ibn Hajar. Disinilah dimulainya proses awal perkembangan dan pembentukan pemikiran Nursi.
Peluang di tingkat ini sangat berharga pada Nursi, lalu selalu melanjutkan studi dengan beberapa orang tokoh ilmuwan terkenal. Keterampilan beliau mulai menampakkan ketokohan sebagai seorang ulama, lalu dikenal waktu itu sebagai ulama muda yang hebat. Gubernur Bitlis, Umar Basha sangat mencintai ilmu dan memuliakan ulama.
Karena itu ia mengajak Nursi agar tinggal di rumah beliau yang memiliki sebuah perpustakaan besar. Nursi tidak melepaskan kesempatan itu demi memenuhi cita-citanya. Umar Basha pintu bagi Nursi untuk mendalami dan menghafal kitab-kitab seperti aI-MataIi, al-Mawaaif, dan al-Mirqat. Dalam periode dua tahun di rumah Gubernur itu, beliau telah berhasil menguasai ilmu al-kalam, mantik, nahwu, tafsir, hadits, dan fiqh dengan mantap.
Tetapi, minatnya untuk melanjutkan usaha memperluas ilmu pengetahuan menyebabkan beliau meninggalkan Bitlis. Dalam pengembaraannya itu ia menyambut ajakan Gubernur Hasan Basha untuk melayani di Wan sebagai ulama yaitu pada tahun 1897 (1314H).
Setelah beberapa saat tinggal di rumah Hasan Basha, Nursi sekali lagi diundang untuk tinggal di rumah Tahir Basha, Gubernur baru di Wan. Ketika berada di Wan, Nursi sempat bertemu dan berdialog dengan tokoh-tokoh ilmuwan modern.Karena menyadari kelemahannya dalam bidang ilmu modern, mendorong beliau berusaha mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu sains modern seperti fisika, kimia, biologi, ilmu kaji bumi, dan astronomi. Selain ilmu sains beliau juga mempelajari ilmu sejarah, matematika, geografi, dan filsafat modern.
Setelah menguasai bidang agama dan ilmu sains modern, sekali lagi Nursi diberi gelar sebagai Badi'uzzaman. Gelar tersebut diterima bahkan dijadikan bagian dari nama beliau.Pengalamannya saat menuntut ilmu memberikan kesadaran pada beliau betapa perlunya dilakukan perubahan terhadap sistem pendidikan.
Karena itu, ia telah bertindak menggabungkan dua cabang ilmu yaitu ilmu agama dan ilmu sains modern yang sebelum itu telah dipisahkan. Nursi berazam untuk mengubah persepsi negatif masyarakat yang berpandangan bahwa ilmu agama dan ilmu sains modern tidak bisa digabungkan. Pendekatan beliau ini dilaksanakan selama karirnya sebagai seorang guru di madrasah yang disebut Madrasah Khur Khur.
Nursi berpendirian bahwa umat Islam harus menguasai kedua cabang ilmu tersebut demi masa depan umat Islam seluruhnya.Beliau juga gigih berusaha untuk mendirikan universitas yang akan dinamakan Madrasat al-Zahra di Timur Turki. Namun, usaha beliau itu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari kaum yang berpengaruh di Istanbul.
Meskipun begitu, Nursi terus berusaha untuk merealisasikan diri umat Islam sebagai "Umat Contoh". Pengamatan dan kesadaran Nursi itu telah mendorong beliau mengatur gerakan ke arah mereformasi sistem pendidikan yang ada di zamannya. Ia berpendirian teguh bahwa dalam dunia modern hari ini, ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu sains modern harus bergerak seiring.
Bila Turki dinyatakan sebagai sebuah negara Republik di 29 Oktober 1923, Turki berubah wajah menjadi sebuah negara sekuler. Kamal Ataturk menerapkan kebijakan-kebijakan pemerintahan berlandaskan paham sekularisme yang anti-Islam.Untuk menentang kebijakan itu, Nursi kemudian mendukung pembentukan Partai Demokratik Turki. Harapannya agar dapat melaksanakan pemerintahan yang adil dan sedikit kebebasan diberikan kepada gerakan Islam. Menurut Nursi, jika Pemerintah Sekular bisa mengizinkan paham ateis, mengapa tidak diizinkan Islam bergerak dengan bebas.
Nursi memiliki pandangan yang lain tentang konsep "kebebasan" yang dilihatnya sebagai satu kebutuhan dasar. Kebutuhan ini harus dihormati dalam setiap agama dan bangsa. Namun, konsep "kebebasan" itu tidak seharusnya disalahtafsirkan karena pengisian maksud "kebebasan" yang tidak sejalan dengan peraturan Islam.
Atas keinginan inilah saat proklamasi konstitusi negara, Nursi berjuang untuk menegakkan pola pemerintahan berbasis Konstitusi yang berteraskan kepada syariat Islam. Namun, perjuangan suci beliau itu mendapat tantangan dari kaum yang masih belum memahami kehebatan isi al-Quran.
Nursi berpandangan bahwa kesadaran dan pemahaman yang jelas harus diusahakan meskipun memakan waktu yang panjang.Yang penting isi al-Quran benar-benar dipahami. Ia menyadari bahwa kekerasan hanya memicu permusuhan dan tidak membawa apapun kebaikan kepada manusia.
Dalam usaha itu, Nursi menyerukan umat Islam agar menilai kaum yang masih ragu-ragu terhadap Islam. Mereka harus diidentifikasi sama adadalam kalangan umat Islam maupun kaum bukan Islam. Mereka yang terlibat itu dianggap sebagai satu kelompok yang membutuhkan bantuan dan tunjuk ajar dari umat Islam.
Ia sama sekali tidak mau terus menyebut mereka sebagai musuh. Melalui metode ini, seruan Islam lebih mudah disampaikan dan dapat diterima baik oleh masyarakat. Rasa'il al-Niir merupakan karya teragung Nursi yang merupakan khazanah berharga kontribusi pemikiran beliau. Karya agung ini seharusnya dimanfaatkan oleh umat Islam sepanjang zaman.
Sebenarnya, Rasa'il al-Nur adalah interpretasi terhadap maksud al-Qur'an al-Karim. Secara umum isi kitab ini mencakup persoalan keimanan.Menurut Nursi, satu-satunya referensi dalam menghasilkan kitab Rasa'il al-Nur ini adalah kitab suci al-Quran al-Karim. Antara persoalan yang menjadi kupasan dalam karyanya itu adalah seperti ilmu Mustalah al'Hadith, filsafat, Ilm al-Kalam, dan ilmu Tasawuf.
Dalam pembahasan tentang Mustalah al-Hadits, Nursi menekankan hadits-hadits yang sering dipertanyakan masyarakat. Di sini, ia mengemukakan pembahasan yang menarik. Antara yang dibahas adalah yang berkaitan dengan kisah Dajjal, turunnya Isa as, Imam Mahdi, Nabi Khaidir, Malaikat, tanda-tanda kiamat, dan sebagainya. Dalam membicarakan tentang filsafat, Nursi dalam risalah al-Madfchol ila al-Nur menulis bahwa filsafat yang ditentang adalah filsafat yang merusak manusia dan yang menentang agama.
Karena itulah, siswa aliran filsafat modern tidak menentang Rasa'il al-Nitr, bahkan mereka sama-sama mendukung konten Rasa'il al-Nur tanpa keraguan.Rasa 'il al-Nur juga memuat pembahasan tentang Ilmu al-Kalam .
Dalam risalah al-Maktubat misalnya, Nursi menulis bahwa ma'rrfatullah yang disajikan oleh al-Razi melalui metode Ilm al-Kalam itu mengandung kelemahan dan kekurangan pada pandangan Ibn al-Arabi. Ma'rifatullah yang dihasilkan melalui jalan Tasawuf juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan ma'rifah yang disajikan oleh pewaris nabi. Ulama pewaris nabi dalam kupasannya adalah mereka yangmenurut manhaj al-Quran.
Rasa'il al-Nur juga memuat ajaran tasawuf. Tetapi kupasan tentang tidak berarti menjadikan pembaca seorang ahli sufi.Dalam hal ini, Nursi sering kali menyebut bahwa zaman ini bukan zaman tasawuf atau tarekat, sebaliknya merupakan zaman untuk menyelamatkan iman umat manusia. Jelas dalam karya itu, ia mengatakan bahwa manusia tidak mungkin dapat memasuki surga tanpa iman, tetapi banyak juga yang dapat memasuki surga tanpa tasawuf. Manusia memang tidak dapat hidup tanpa roti (gandum), tetapi mereka bisa hidup tanpa buah.
Maka tasawuf itu adalah buah sedangkan hakikat Islam (keimanan) itu adalah roti. Dalam hal ini beliau menegaskan bahwa sesungguhnya jika jika Syeikh Abdul-Qadir al-Jaylani dan Syeikh al-Naqshaband (pendiri Tarekat Naqshabandiyah), Imam Rabbani, dan yang seperti mereka, hidup di zaman kita ini, niscaya mereka akan mencurahkan segala kemampuan untuk memperteguh hakikat keimanan dan akidah Islam. Hal ini demikian karena keduanya (iman dan akidah) sumber kepada kebahagiaan yang sebenarnya dan abadi.
Rasa'il al-Nur mendapat sambutan yang baik dalam kalangan umat Islam Turki dan juga mereka yang berada dinegara-negara lain. Karena isinya memiliki keistimewaan dan kelebihan tersendiri, kitab ini harus disebar ke umat Islam di seluruh dunia.Menyadari kepentingan ilmu, kitab Rosa'il al-Nitr ini diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa lain.
Di samping bahasa Arab dan Inggris, kitab Rasa'il al-Nur juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Italia, Prancis, Rusia, Rumania, Bulgaria, Persia, Kurdi, Urdu, India, Malaysia, dan beberapa bahasa lain Asia Tengah. Kegigihan perjuangan ulama Islam silam meskipun menemui kegagalan harus diteladani oleh umat Islam akhir zaman ini.
Yang paling penting, masyarakat Islam bisa menilai kelemahan dan kekurangan masyarakat ketika itu. Perjuangan Badi'uzzaman Sa'id Nursi meskipun dimulai sebelum kemenangan Kamal Ataturk, namun umat Islam pada zaman itu terlalu jauh menyimpang dari ajaran Islam sebenarnya. Karena banyak usaha beliau saat itu mendapat banyak tantangan dari banyak pihak.
Tetapi seandainya umat Islam ketika itu mau menurut saran Badi'uzzaman sudah pasti Kamal Atartuk dapat dikalahkan dengan mudah.
Karena itu, perjuangan Badi'uzzaman ini harus disebarluaskan dalam kalangan umat Islam agar dapat dijadikan panduan dalam memperkasa iman dan akidah umat Islam. Supaya peristiwa itu tidak terjadi lagi, maka wajar umat Islam di negara ini menilai saran tokoh ini. Antara saranannya yang penting adalah agar umat Islam menguasai ilmu sains modern yang didirikan atas dasar islamisasi.
Setelah enam ratus tahun bertapak sebagai sebuah kerajaan agung, sejarah menyaksikan detik detik puncak kelemahan Pemerintah Utsmaniyah. Sebenarnya detik yang terjadi disekitar awal abad ke 14H itu, diancam oleh berbagai serangan internal dan eksternal secara terorganisir.
Detik tanggal tahun 1924, merupakan sejarah hitam buat Pemerintah Utsmaniyah ketika Kamal Ataturk menguasai Turki.Sistem Khalifah yang menjadi tengara Kekuatan negara Islam, mansuh akibat pengaruh Barat pimpinannya.
Pada saat itulah muncul tokoh ilmuwan paling komplit dalam sejarah Turki yakni Badi'uzzaman Sa'id Nursi. Ia telah menghabiskan seluruh kehidupannya demi perjuangan untuk mengembalikan keagungan Islam yang musnah itu. Ketika itu, agama dilihat sebagai faktor kemunduran dan kelemahan umat.Paham sekularisme, materialisme, dan atheisme pula diterima baik oleh masyarakat lokal atas nama kebebasan dan kemajuan.Badi'uzzaman atau nama sebenarnya Sa'id bin Mirza dilahirkan pada tahun 1876 (1294H) di Nurs, sebuah desa kecil di daerah Khizan, Turki. Ia juga dikenal sebagai Sa'id al-Nursi yang merujuk pada tempat kelahirannya.
Nursi dilahirkan dalam sebuah keluarga petani yang hidup serba sederhana. Ibu dan bapaknya keturunan Kurdi dan mereka berasal dari silsilah keturunan Ahl dl-Bayt. Nursi pernah diberi gelar Badi'azzaman (Keunggulan Zaman) oleh gurunya, Syaikh Fathu'llah.
Namun Nursi menolak karena merasa belum layak menerima gelar itu. Sejak kecil lagi Nursi telah memperlihatkan minatnya untuk menimba ilmu pengetahuan. Ia sangat gemar menghadiri acara diskusi ilmu antara ulama yang sering diadakandi rumah ayahnya. Suasana keilmuan ini memberikan pengaruh yang besar pada jiwa dan pemikiran Nursi.
Minatnya itu menyuburkan pemikiran analisis-kritis, dialog, dan perdebatan.Nursi mulai merantau ketika umurnya sembilan tahun dalam usahanya untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan banyak alim ulama termasuk Syeikh Muhammad al-Jalali di Madrasah Bayazid berbatasan Iran. Di bawah bimbingan Syaikh Muhammad al-Jalali, Nursi telah mempelajari dan menguasai kitab-kitab muktabar seperti Jam 'al-Jawami, Sharh al-M.awaqif, dan Ibn Hajar. Disinilah dimulainya proses awal perkembangan dan pembentukan pemikiran Nursi.
Peluang di tingkat ini sangat berharga pada Nursi, lalu selalu melanjutkan studi dengan beberapa orang tokoh ilmuwan terkenal. Keterampilan beliau mulai menampakkan ketokohan sebagai seorang ulama, lalu dikenal waktu itu sebagai ulama muda yang hebat. Gubernur Bitlis, Umar Basha sangat mencintai ilmu dan memuliakan ulama.
Karena itu ia mengajak Nursi agar tinggal di rumah beliau yang memiliki sebuah perpustakaan besar. Nursi tidak melepaskan kesempatan itu demi memenuhi cita-citanya. Umar Basha pintu bagi Nursi untuk mendalami dan menghafal kitab-kitab seperti aI-MataIi, al-Mawaaif, dan al-Mirqat. Dalam periode dua tahun di rumah Gubernur itu, beliau telah berhasil menguasai ilmu al-kalam, mantik, nahwu, tafsir, hadits, dan fiqh dengan mantap.
Tetapi, minatnya untuk melanjutkan usaha memperluas ilmu pengetahuan menyebabkan beliau meninggalkan Bitlis. Dalam pengembaraannya itu ia menyambut ajakan Gubernur Hasan Basha untuk melayani di Wan sebagai ulama yaitu pada tahun 1897 (1314H).
Setelah beberapa saat tinggal di rumah Hasan Basha, Nursi sekali lagi diundang untuk tinggal di rumah Tahir Basha, Gubernur baru di Wan. Ketika berada di Wan, Nursi sempat bertemu dan berdialog dengan tokoh-tokoh ilmuwan modern.Karena menyadari kelemahannya dalam bidang ilmu modern, mendorong beliau berusaha mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu sains modern seperti fisika, kimia, biologi, ilmu kaji bumi, dan astronomi. Selain ilmu sains beliau juga mempelajari ilmu sejarah, matematika, geografi, dan filsafat modern.
Setelah menguasai bidang agama dan ilmu sains modern, sekali lagi Nursi diberi gelar sebagai Badi'uzzaman. Gelar tersebut diterima bahkan dijadikan bagian dari nama beliau.Pengalamannya saat menuntut ilmu memberikan kesadaran pada beliau betapa perlunya dilakukan perubahan terhadap sistem pendidikan.
Karena itu, ia telah bertindak menggabungkan dua cabang ilmu yaitu ilmu agama dan ilmu sains modern yang sebelum itu telah dipisahkan. Nursi berazam untuk mengubah persepsi negatif masyarakat yang berpandangan bahwa ilmu agama dan ilmu sains modern tidak bisa digabungkan. Pendekatan beliau ini dilaksanakan selama karirnya sebagai seorang guru di madrasah yang disebut Madrasah Khur Khur.
Nursi berpendirian bahwa umat Islam harus menguasai kedua cabang ilmu tersebut demi masa depan umat Islam seluruhnya.Beliau juga gigih berusaha untuk mendirikan universitas yang akan dinamakan Madrasat al-Zahra di Timur Turki. Namun, usaha beliau itu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari kaum yang berpengaruh di Istanbul.
Meskipun begitu, Nursi terus berusaha untuk merealisasikan diri umat Islam sebagai "Umat Contoh". Pengamatan dan kesadaran Nursi itu telah mendorong beliau mengatur gerakan ke arah mereformasi sistem pendidikan yang ada di zamannya. Ia berpendirian teguh bahwa dalam dunia modern hari ini, ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu sains modern harus bergerak seiring.
Bila Turki dinyatakan sebagai sebuah negara Republik di 29 Oktober 1923, Turki berubah wajah menjadi sebuah negara sekuler. Kamal Ataturk menerapkan kebijakan-kebijakan pemerintahan berlandaskan paham sekularisme yang anti-Islam.Untuk menentang kebijakan itu, Nursi kemudian mendukung pembentukan Partai Demokratik Turki. Harapannya agar dapat melaksanakan pemerintahan yang adil dan sedikit kebebasan diberikan kepada gerakan Islam. Menurut Nursi, jika Pemerintah Sekular bisa mengizinkan paham ateis, mengapa tidak diizinkan Islam bergerak dengan bebas.
Nursi memiliki pandangan yang lain tentang konsep "kebebasan" yang dilihatnya sebagai satu kebutuhan dasar. Kebutuhan ini harus dihormati dalam setiap agama dan bangsa. Namun, konsep "kebebasan" itu tidak seharusnya disalahtafsirkan karena pengisian maksud "kebebasan" yang tidak sejalan dengan peraturan Islam.
Atas keinginan inilah saat proklamasi konstitusi negara, Nursi berjuang untuk menegakkan pola pemerintahan berbasis Konstitusi yang berteraskan kepada syariat Islam. Namun, perjuangan suci beliau itu mendapat tantangan dari kaum yang masih belum memahami kehebatan isi al-Quran.
Nursi berpandangan bahwa kesadaran dan pemahaman yang jelas harus diusahakan meskipun memakan waktu yang panjang.Yang penting isi al-Quran benar-benar dipahami. Ia menyadari bahwa kekerasan hanya memicu permusuhan dan tidak membawa apapun kebaikan kepada manusia.
Dalam usaha itu, Nursi menyerukan umat Islam agar menilai kaum yang masih ragu-ragu terhadap Islam. Mereka harus diidentifikasi sama adadalam kalangan umat Islam maupun kaum bukan Islam. Mereka yang terlibat itu dianggap sebagai satu kelompok yang membutuhkan bantuan dan tunjuk ajar dari umat Islam.
Ia sama sekali tidak mau terus menyebut mereka sebagai musuh. Melalui metode ini, seruan Islam lebih mudah disampaikan dan dapat diterima baik oleh masyarakat. Rasa'il al-Niir merupakan karya teragung Nursi yang merupakan khazanah berharga kontribusi pemikiran beliau. Karya agung ini seharusnya dimanfaatkan oleh umat Islam sepanjang zaman.
Sebenarnya, Rasa'il al-Nur adalah interpretasi terhadap maksud al-Qur'an al-Karim. Secara umum isi kitab ini mencakup persoalan keimanan.Menurut Nursi, satu-satunya referensi dalam menghasilkan kitab Rasa'il al-Nur ini adalah kitab suci al-Quran al-Karim. Antara persoalan yang menjadi kupasan dalam karyanya itu adalah seperti ilmu Mustalah al'Hadith, filsafat, Ilm al-Kalam, dan ilmu Tasawuf.
Dalam pembahasan tentang Mustalah al-Hadits, Nursi menekankan hadits-hadits yang sering dipertanyakan masyarakat. Di sini, ia mengemukakan pembahasan yang menarik. Antara yang dibahas adalah yang berkaitan dengan kisah Dajjal, turunnya Isa as, Imam Mahdi, Nabi Khaidir, Malaikat, tanda-tanda kiamat, dan sebagainya. Dalam membicarakan tentang filsafat, Nursi dalam risalah al-Madfchol ila al-Nur menulis bahwa filsafat yang ditentang adalah filsafat yang merusak manusia dan yang menentang agama.
Karena itulah, siswa aliran filsafat modern tidak menentang Rasa'il al-Nitr, bahkan mereka sama-sama mendukung konten Rasa'il al-Nur tanpa keraguan.Rasa 'il al-Nur juga memuat pembahasan tentang Ilmu al-Kalam .
Dalam risalah al-Maktubat misalnya, Nursi menulis bahwa ma'rrfatullah yang disajikan oleh al-Razi melalui metode Ilm al-Kalam itu mengandung kelemahan dan kekurangan pada pandangan Ibn al-Arabi. Ma'rifatullah yang dihasilkan melalui jalan Tasawuf juga memiliki kelemahan jika dibandingkan dengan ma'rifah yang disajikan oleh pewaris nabi. Ulama pewaris nabi dalam kupasannya adalah mereka yangmenurut manhaj al-Quran.
Rasa'il al-Nur juga memuat ajaran tasawuf. Tetapi kupasan tentang tidak berarti menjadikan pembaca seorang ahli sufi.Dalam hal ini, Nursi sering kali menyebut bahwa zaman ini bukan zaman tasawuf atau tarekat, sebaliknya merupakan zaman untuk menyelamatkan iman umat manusia. Jelas dalam karya itu, ia mengatakan bahwa manusia tidak mungkin dapat memasuki surga tanpa iman, tetapi banyak juga yang dapat memasuki surga tanpa tasawuf. Manusia memang tidak dapat hidup tanpa roti (gandum), tetapi mereka bisa hidup tanpa buah.
Maka tasawuf itu adalah buah sedangkan hakikat Islam (keimanan) itu adalah roti. Dalam hal ini beliau menegaskan bahwa sesungguhnya jika jika Syeikh Abdul-Qadir al-Jaylani dan Syeikh al-Naqshaband (pendiri Tarekat Naqshabandiyah), Imam Rabbani, dan yang seperti mereka, hidup di zaman kita ini, niscaya mereka akan mencurahkan segala kemampuan untuk memperteguh hakikat keimanan dan akidah Islam. Hal ini demikian karena keduanya (iman dan akidah) sumber kepada kebahagiaan yang sebenarnya dan abadi.
Rasa'il al-Nur mendapat sambutan yang baik dalam kalangan umat Islam Turki dan juga mereka yang berada dinegara-negara lain. Karena isinya memiliki keistimewaan dan kelebihan tersendiri, kitab ini harus disebar ke umat Islam di seluruh dunia.Menyadari kepentingan ilmu, kitab Rosa'il al-Nitr ini diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa lain.
Di samping bahasa Arab dan Inggris, kitab Rasa'il al-Nur juga diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, Italia, Prancis, Rusia, Rumania, Bulgaria, Persia, Kurdi, Urdu, India, Malaysia, dan beberapa bahasa lain Asia Tengah. Kegigihan perjuangan ulama Islam silam meskipun menemui kegagalan harus diteladani oleh umat Islam akhir zaman ini.
Yang paling penting, masyarakat Islam bisa menilai kelemahan dan kekurangan masyarakat ketika itu. Perjuangan Badi'uzzaman Sa'id Nursi meskipun dimulai sebelum kemenangan Kamal Ataturk, namun umat Islam pada zaman itu terlalu jauh menyimpang dari ajaran Islam sebenarnya. Karena banyak usaha beliau saat itu mendapat banyak tantangan dari banyak pihak.
Tetapi seandainya umat Islam ketika itu mau menurut saran Badi'uzzaman sudah pasti Kamal Atartuk dapat dikalahkan dengan mudah.
Karena itu, perjuangan Badi'uzzaman ini harus disebarluaskan dalam kalangan umat Islam agar dapat dijadikan panduan dalam memperkasa iman dan akidah umat Islam. Supaya peristiwa itu tidak terjadi lagi, maka wajar umat Islam di negara ini menilai saran tokoh ini. Antara saranannya yang penting adalah agar umat Islam menguasai ilmu sains modern yang didirikan atas dasar islamisasi.
No comments:
Post a Comment