EVENT TICKET

Tuesday, March 13, 2012

Khitbah (Peminangan / melamar ingin mengahwini)

Khitbah (Peminangan / melamar ingin mengahwini)

Seorang laki-laki muslim yang akan mengahwini seorang muslimah, hendaklah ia meminang terlebih dahulu kerana mungkin ia sedang dipinang oleh orang lain.
Dalam hal ini Islam melarang seorang laki-laki muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh orang lain. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Nabi shallallaahu' alaihi wa sallam melarang seseorang membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh saudaranya, dan melarang seseorang meminang wanita yang telah dipinang sampai orang yang meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya."
Disunnahkan melihat wajah wanita yang akan dipinang dan boleh melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk menikahi wanita itu. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu ingin meminang seorang wanita, jika ia boleh melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah!"

 
Al-Mughirah bin Syu'bah radhiyallaahu 'anhu pernah meminang seorang wanita, maka Nabi shallallaahu' alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Lihatlah wanita tersebut, sebab hal itu lebih patut untuk mengekalkan (cinta kasih) antara kamu berdua."

 
Imam at-Tirmidzi rahimahullaah berkata, "Sebahagian ahli ilmu berpendapat dengan hadis ini bahawa menurut mereka tidak mengapa melihat wanita yang dipinang selagi tidak melihat apa yang diharamkan darinya."
Syarat, Rukun Dan Kewajipan Dalam Aqad Nikah

Yang dikatakan wali adalah orang yang paling dekat dengan si wanita. Dan orang yang paling berhak untuk menikahkan wanita merdeka adalah ayahnya, lalu datuknya, dan seterusnya ke atas.Boleh juga anaknya dan cucunya, kemudian saudara seayah seibu, kemudian saudara seayah, kemudian bapa saudara.

 
Ibnu Baththal rahimahullaah berkata, "Mereka (para ulama) ikhtilaf tentang wali. Jumhur ulama di antaranya adalah Imam Malik, ats-Tsauri, al-Laits, Imam asy-Syafi'i, dan selainnya berkata, "Wali dalam perkahwinan adalah 'ashabah (dari pihak bapak), sedangkan bapa saudara dari saudara ibu, ayahnya ibu, dansaudara-saudara dari pihak ibu tidak mempunyai hak wali. "
Disyaratkan adanya wali bagi wanita. Islam mensyaratkan adanya wali bagi wanita sebagai penghormatan bagi wanita, memuliakan dan menjaga masa depan mereka. Walinya lebih mengetahui daripada wanita tersebut. Jadi bagi wanita, wajib ada wali yang membimbing urusannya, mengurus aqad nikahnya.

 
Tidak boleh bagi seorang wanita berkahwin tanpa wali, dan apabila ini terjadi maka tidak sah perkahwinannya. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Siapa sahaja wanita yang berkahwin tanpa izin walinya, maka nikahnya batil (tidak sah), pernikahannya bathil, pernikahannya bathil.
Jika seseorang menggaulinya, maka wanita itu berhak mendapatkan mahar dengan sebab menghalalkan kemaluannya.Jika mereka berselisih, maka sultan (penguasa) adalah wali bagi wanita yang tidak mempunyai wali. "


Walimatul Urus (Pesta Pernikahan)
Walimatul 'urus (pesta perkahwinan) hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

 
"Selenggarakanlah walimah walaupun hanya dengan menyembelih seekor kambing" Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam memperingatkan orang-orang yang mengadakan walimah supaya tidak hanya mengundang orang-orang kaya saja, tetapi hendaknya diundang pula orang-orang miskin. Kerana makanan yang dihidangkan untuk orang-orang kaya saja adalah sejelek-jelek hidangan.

 
Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Makanan yang paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak dijemput. Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya "
Sebagai catatan penting, hendaknya yang diundang itu orang-orang soleh, baik kaya maupun miskin, sesuai sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Janganlah engkau bergaul melainkan dengan orang-orang yang beriman dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang bertaqwa" Orang yangdiundang menghadiri walimah, maka dia wajib untuk memenuhi undangan tersebut.

 
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika salah seorang dari kamu diundang menghadiri acara walimah, maka datangilah!" Memenuhi undangan walimah hukumnya wajib, meskipun orang yang diundang sedang berpuasa.


Malam Pertama Dan Adab Bersenggama
Saat pertama kali pengantin lelaki menemui isterinya setelah aqad nikah, dianjurkan melakukan beberapa hal, seperti berikut: Pertama: Pengantin lelaki hendaknya meletakkan tangannya pada ubun-ubun isterinya seraya mendo'akan baginya.
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah' basmalah 'serta doakanlah dengan doa berkah seraya mengucapkan:' Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa. '"Kedua: Hendaknya ia mengerjakan solat sunat dua rakaat bersama isterinya. Syaikh al-Albani rahimahullaah berkata: "Hal itu telah ada sandarannya dari ulama Salaf (sahabat dan Tabi'in).

 
Hadith dari Abu Sa'id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid. Ia berkata: "Aku berkahwin ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang sahabat Nabi, di antaranya 'Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu' anhum. Lalu tibalah waktu solat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami solat. Tetapi mereka berkata: 'Kamulah (Abu Sa'id) yang berhak!' Ia (Abu Dzarr) berkata: 'Apakah benar demikian?' 'Benar!' Jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka solat. Ketika itu aku masih seorang budak.
sumber: http://almanhaj.or.id/

No comments:

Post a Comment